Pemborosan makanan tidak hanya masalah sosial dan ekonomi. Masalah ini juga memberikan tekanan besar pada sumber daya alam dan memperburuk kondisi lingkungan. Semua pangan yang hilang atau terbuang melibatkan sumber daya seperti air, tanah, energi, dan bahan mentah lain yang digunakan untuk memproduksinya. Makanan yang dibuang meningkatkan emisi gas rumah kaca dan limbah makanan. Ini berakibat pada peningkatan jejak karbon.Â
Salah satu dampaknya adalah pada perubahan iklim. Makanan yang diproduksi dan diangkut menghasilkan gas metana dan karbon dioksida. Gas-gas ini adalah penyebab utama efek rumah kaca. Ketika makanan dibuang, gas-gas ini terlepas ke atmosfer, memperburuk krisis iklim.
Pemborosan makanan juga merusak lingkungan. Limbah makanan yang membusuk di tempat pembuangan sampah dan lahan kosong mencemari tanah dan air. Pembusukan makanan di tempat pembuangan sampah ini akan menghasilkan metana, gas rumah kaca yang berpotensi lebih kuat dibandingkan karbon dioksida. Ini merusak ekosistem dan mengancam keanekaragaman hayati serta kesehatan masyarakat.
Penyebab Food Loss dan Food Waste di Indonesia
Perlunya memahami penyebab utama pemborosan makanan di Indonesia. Hal ini membantu mengatasi krisis pangan yang sedang dihadapi. Beberapa faktor utama penyebab food loss dan food waste di Indonesia:
Infrastruktur yang tidak memadai. Di Indonesia, kurangnya sistem infrastruktur untuk menyimpan menyebabkan hasil panen cepat rusak terutama untuk produk segar seperti buah, sayur, dan daging. Teknologi yang kurang memadai, seperti alat pengering dan pengemasan akan meningkatkan risiko kehilangan pangan.Â
Distribusi yang tidak efisien akan menyebabkan banyak bahan pangan rusak selama proses pengiriman dari produsen ke pasar. Keterlambatan pengiriman juga sering menyebabkan bahan makanan basi sebelum sampai di pasar. Jalan yang rusak atau transportasi yang tidak memadai akan menghambat distribusi makanan ke konsumen.Â
Memproduksi barang dengan berlebihan. Petani sering memproduksi lebih banyak dari yang diserap pasar karena kurangnya informasi dan permintaan yang tidak stabil dari pasar. Hasil panen berlebih sering kali dibuang karena tidak memiliki nilai jual. Standar kualitas yang tinggi juga penyebab food loss dan food waste. Sayur dan buah yang bentuknya tidak sempurna seringkali dibuang begitu saja padahal masih layak untuk dikonsumsi.
Perilaku konsumen yang konsumtif. Kebiasaan membeli barang yang berlebih dan tidak sesuai dengan kebutuhan merupakan penyebab dari terbuangnya makanan. Kebiasaan menyisakan makanan saat makan, baik di rumah maupun di restoran, turut menyumbang peningkatan food waste.
Upaya Penanganan Food Loss dan Food Waste
Teknologi menjadi solusi menjanjikan untuk mengatasi krisis pangan akibat pemborosan makanan. Inovasi di bidang teknologi pangan berkembang pesat. Tujuannya adalah untuk mengurangi food waste dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya. Membuat inovasi penyimpanan makanan. Memastikan makanan tetap segar dan tahan lama adalah tantangan besar. Inovasi penyimpanan makanan telah menghadirkan teknologi baru. Ini termasuk pengemasan vakum, kontrol suhu, dan pelapis aktif yang memperpanjang masa simpan bahan pangan.