Di sebuah desa kecil yang banyak penduduknya, ada petani bernama Cipto menghadapi masalah besar. Tanaman padi miliknya diserang oleh ulat yang memakan daun-daun muda. Hama sebelumnya sudah ditemui oleh Cipto pada sawahnya seperti wereng, belalang, tikus, dan penyakit seperti blas, karat dan sekarang sawahnya diserang hama ulat. Hama seperti apakah ini, Cipto pun belum mengetahui jelasnya. Cipto adalah petani tekun yang mencintai pekerjaannya.Â
Ia tidak bisa diam melihat tanaman yang telah ia rawat dengan susah payah rusak oleh hama.
Sejak dini hari hingga senja tiba, Cipto berusaha keras mencari cara untuk melindungi tanamannya dari serangan hama ulat. Dia sudah mencoba berbagai macam metode mulai dari ramuan tradisional hingga pestisida yang direkomendasikan oleh peneliti pertanian. Namun, hama ulat terus menyerang tanaman padi tanpa henti. Makin hari makin bertambah hama ulatnya.
Pada hari berikutnya masih di lokasi yang sama yaitu di sawah, Cipto bertemu dengan seorang petani tua yang ia pun tidak mengenal yang memberinya saran tak terduga. "Anak muda, coba kenali dan pelajari lebih dalam kebiasaan ulat itu. Mereka punya musuh alami yang bisa membantu tanamanmu," kata petani tua itu sambil tersenyum.
Cipto mulai merenungkan nasihat petani tua tersebut dan memutuskan untuk mengamati ulat-ulat itu dengan lebih cermat. Ia menemukan bahwa ada jenis burung kecil yang senang memakan ulat-ulat yang menyerang tanaman padi. Tanpa ragu, Cipto segera membangun rumah-rumah burung di sekitar sawahnya dan menyediakan air dan makanan untuk menarik burung-burung tersebut.
Beberapa minggu kemudian, hasilnya terlihat. Tanaman padi Cipto mulai terhindar dari serangan ulat yang begitu banyak. Burung-burung yang tinggal di sekitar sawahnya menjadi sekutu alami yang membantu menjaga tanaman padi dari hama ulat.
Dengan kegigihan, pengetahuan, dan kepedulian terhadap alam, Cipto berhasil melindungi tanamannya dan menjadi inspirasi bagi petani lain dalam melawan hama tanaman dengan cara yang lebih alami dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H