-Â Â Â EMERGENCE NORM THEORY, Perilaku sesorang dalam aktifitas massa biasanya didasari dan terukur melalui norma kelompok.
-Â Â Â CONVERGENCY THEORY, dinamika kerumunan biasanya terjadi ketika ada perasaan saling berbagi pendapat dan pemikiran tentang suatu hal peristiwa.
-Â Â Â DE-INDIVIDUATION THEORY, Proses larutnya identitas pribadi ketika sesorang ketika berada dalam sebuah kelompok massa sehingga cnederung itrasional, sugestibel dan tidak memiliki tanggung jawab Misalnya :
-     Seorang dosen ketika sedang nonton bola ia akan berteriak - teriak emosional padahan sehari-hari ia sebagai seorang yang serius dan pendiam, seorang berbelanja dipasar pada hari minggu tanpa malu-malu memakai celana pendek dan mengangkat karung beras sendiri, seorang mahasiswa yang berani melempar kepala petugas pada saat demo dan lain sebagainya.
Dalam De-Individuasi ini ada proses perpindahan identitas pribadi ke dalam identitas kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri : hilangnya tanggung jawab pribadi ( bukan sebagai dosen tetapi sebagai penonton bola ) , dominan perasaan dari pada logika ( memiliki hasrat yang kuat timnya menang), mudah tersugesti (akan marah jika timnya dicurangi atau membenci penonton sebelah yang menjagokan tim lain) dan dalam situasi tertentu, situasi emosi tersebut bisa menjadi destruktif ( timnya kalah dan dicurangi akan memaki-maki atau melempar-lempar). De- Individuasi ini bisa dialami oleh siapapun yang terlibat dalam perilaku kelompok khususnya aksi massa, sekalipun ia petugas di lapangan. Sehingga anggota menjadi beringas ketika demostran melawan terlebih bila ada temean atau komandannya terluka oleh mereka (dinamika ingroup-outgroup).
Ada beberapa jenis massa, yaitu :
- Kumpulan yang tenang (audience) , sekelompok orang berkumpul untuk melakukan kegiatan tertentu dengan tertib (siswa di kelas, jemaah ditempat ibadah, arisan, dan lain sebagainya)
- Kerumunan (crowd), sekelompok manusia yang bertemu disuatu saat dan suatu tempat tanpa ada ikatan apa-apa (pasar,terminal,jalan raya, dan lain sebagainya).
- Massa yang ekspresif (mass), masa yang berkumpul dengan tujuan tertentu dan ada keikatan emosi sesaat (penonton sepak bola, massa kampanye, pidato/orasi, dan lain sebagainya)
- Mass yang bergerak (mob), lanjutan dari massa yang ekprsesif dan menuju tempat tertentu untuk menyalurkan aspirasi (demonstrans, buruh yang bergerak, dan lain sebagainya)
- Rusuh Massa (riot) , massa yang tidak terkendali dan merusak (penjarahan)
- Massa Panik, massa yang tidak terkendali (takut gempa, pengunsi perang, tsunami, dan lain sebagaimana).
Jenis- jenis masa ini bersifat tidak statis dan berkembang secara dinamis sehingga saat memungkin untuk berubah menjadi jenis lain (kumpulan atau kerumunan menjadi massa yang ekspresif bahkan sampai menjadi massa yang bergerak). Hal ini sangat situasional dan tergantung kondisi lapangan dan faktor-faktor yang terkait.
4.    Neil Smelser, seorang sosiolog mengatakan bahwa sebuah gerakan massa tidak terjadi secara tiba-tiba dan selalu diawali dan disertai prakondisi tertentu sebagai persyaratan (tahapan ini menentukan bisa dan tidaknya terjadinya sebuah aksi massa), yaitu, adanya :
- Structural Condiciveness, struktur sosial yang mendukung terjadinya perilaku kolektif, misalnya ormas dan kelompok terstruktur yang berbasis massa.
- Structural Strain, muncul keterangan terstruktur dalam masyarakat, misalnya: ada sebuah kebijakan atau peristiwa yang menimbulkan reaksi/ ketegangan (harga naik, ujian NEW bocor )
- Generazi Belief, adanya keyakinan bersama, misalnya : terbangun opini terbangun bahwa ada ketidak adilan dan sentiment tertentu, kelompok dicurangin oleh X , dan lain sebagainya.
- Precipitating Factor , factor pemicu. Misalnya : hari buruh ada kejadian yang menimbulkan korban dan dianggap martir, penangkapan tokoh tertentu, dan lain sebagainya.
- Mobilization for Action, gerakan untuk memobilisasi massa, misalnya : konsolidasi tempat dan hari untuk merealisasikan misi melalui unjuk rasa dan lain sebagainya]
- Failfure of Social Control, kontrol aparat yang lemah. Misalnya : intel tidak berjalan.
Tahapan ini merupakan persyaratan yang harus lengkap dan terlampaui untuk bisa melahirkan suatu gerakan massa. Artinya gerakan massa tidak akan terjadi bila ada salah satu tahap tersebut yang tidak ada, kalaupun ada berkekuatan lemah dan relatif lebih terprediksi.
KESIMPULAN
- Secara kodrati perilaku manusia masih dipengaruhi dorongan instingtif dan sehingga cenderung bersifat homeostatis (selalu mencari keseimbangan) dengan prinsip kesenangan. Namun disisi lain ia adalah makhluk sosial yang harus menyesuaikan diri dengan peran diri dan tuntutan lingkungan sehingga ia harus selalu menyesuaikan diri dalam kelompoknya.
- Perilaku kelompok (collective behavior) yang mengarah pada gerakan massa dapat ditinjau dalam perspektif psikologi khususnya psikologi massa dan sosiologi, artinya massa terdiri dari pribadi-pribadi (perorangan) dan dikordinasikan oleh situasi sosial serta dipicu faktor tertentu.
- Jiwa massa bersifat khas yang berbeda dengan karakteristik pribadi karena seseorang tersugesti oleh norma kelompok, menular dan mengalami De- Individuasi sehingga menjadi irasional, sugestibel dan cenderung destruktif-agresif.
- Perangkat sosial yang lemah. Munculnya kelompok-kelompok masyarakat yang kemudian dipertegang oleh issue yang bekembang akan menumbuhkan keyakinan bersama. Apabila hal ini dipicu oleh faktor, keadaan dan peristiwa tertentu sangat potensial dalam melahirkan aksi atau gerakan massa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H