Tuhan : Nak, apakah sudah selesai kamu bercerita ?
Aku : Iya itu baru sebagian! (Dengan nada sedikit membentak, sebab aku kesal, Tuhan kok masih kelihatan lemah lembut begitu).
Tuhan : Boleh Aku bicara sedikit ?
Aku : Silahkan dan kasih aku solusinya !
Tuhan : Aku akan bicara tetapi tidak kasih solusi.
Aku : Apa! ( Aku pikir, Tuhan ini gila, atau Dia juga menyerah dengan beban hidupku). Tuhan lihat orang-orang diluar sana yang hidup enak, kemana-mana pakai mobil, tidak usah bangun pagi-pagi, uang melimpah. Tuhan mereka bisa begitu ?
Tuhan : Sabar ya, aku cuma mau bercerita sedikit masa lalumu.
Aku mulai serius mendengarkan Tuhan, wajahNya sedikit serius sambil tatapan matanya memandang keluar Jendela.
Tuhan : Aku ingat saat-saat engkau sangat diinginkan hadir didunia ini oleh kedua orang tuamu. Waktu itu mereka sudah punya anak, yaitu kakakmu sekarang. Kedua orang tuamu dengan segala upaya mencari solusi untuk mempunyai engkau. Sadarkah kamu, bagaimana harapan mereka disituasi yang Aku menganggap tidak mungkin.
Aku mendengarkan Tuhan bercerita, nafasku berangsur-angsur pelan, mataku terasa berkaca-kaca, tapi otakku berpikir : Tuhan sangat sentimentil. Aku tetap mendengarkanNya.
Tuhan : Tahukah engkau, bahwa kamu dengan kakakmu selisih 9 tahun?