Hari itu merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh Wulan. Setelah lima tahun bekerja di kota besar, akhirnya ia pulang ke kampung halamannya untuk bertemu dengan keluarga dan teman-temannya.
Saat tiba di desa, Wulan merasa senang dan bahagia melihat pemandangan yang sudah sangat ia rindukan. Dia melihat sawah-sawah yang hijau, gunung yang menjulang tinggi, serta pepohonan yang rimbun di tepi jalan. Semua itu membuat hatinya terasa damai dan tenang.
Setelah bertemu keluarga, Wulan bertemu dengan teman-temannya di sebuah warung kopi. Mereka saling bercerita tentang kehidupan masing-masing dan membagikan kisah-kisah lucu tentang masa lalu. Wulan merasa senang bisa bertemu kembali dengan teman-temannya dan merasakan kehangatan serta kebersamaan yang sudah lama ia tinggalkan.
Namun, di tengah-tengah kebahagiaan itu, Wulan merasa ada yang berbeda dari kampung halamannya. Banyak teman-temannya yang sudah menikah dan memiliki keluarga, sedangkan Wulan masih sendiri dan belum menemukan pasangan hidup. Dia merasa sedih dan merasa terasing di antara teman-temannya yang sudah menikmati kebahagiaan keluarga.
Wulan pulang ke rumah dengan perasaan sedih dan galau. Namun, dia merasa lega ketika melihat keluarganya yang selalu mendukung dan mencintainya. Mereka menghibur dan meyakinkan Wulan bahwa cinta sejati akan datang pada waktunya. Wulan merasa dihargai dan dicintai oleh keluarganya, meski dia masih sendiri.
Dari pengalaman itu, Wulan menyadari bahwa pulang ke kampung halaman bukan hanya tentang bertemu dengan teman-teman dan keluarga, tetapi juga tentang menemukan makna kehidupan yang sebenarnya. Meski belum menemukan pasangan hidup, Wulan merasa bahagia dan bersyukur atas keluarga yang selalu ada untuknya. Dia merasa bahwa pulang ke kampung halaman adalah tentang menemukan kebahagiaan dan kedamaian dalam hati, di mana pun dia berada.
Malam itu, Wulan duduk sendiri di bawah pohon besar di halaman rumahnya. Wulan merenung tentang hidupnya dan tentang kampung halamannya yang telah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Dia merasa bersyukur bisa tumbuh besar di desa dan mengalami keindahan alam serta kebersamaan yang tidak bisa dia temukan di kota besar.
Sambil menatap langit yang berbintang, Wulan merenung tentang masa depannya. Dia berharap suatu saat bisa menemukan seseorang yang bisa mengisi kekosongan dalam hatinya. Wulan merasa yakin bahwa cinta sejati akan datang pada waktunya.
Ketika Wulan terbangun dari lamunannya, dia menyadari bahwa dia sudah terlalu lama duduk di bawah pohon itu. Dia segera bangkit dan masuk ke dalam rumah untuk istirahat.
Esok paginya, Wulan bersiap-siap untuk kembali ke kota. Namun sebelum berangkat, dia mengunjungi makam neneknya yang telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Wulan merapikan bunga dan menaruhnya di atas pusara neneknya. Dia merenung sejenak dan berdoa untuk kesejahteraan keluarganya dan kampung halamannya.
Saat melihat kampung halamannya dari jendela bus, Wulan merasa sedih meninggalkannya. Dia merindukan kebersamaan dan kehangatan yang ada di kampung halamannya. Namun, Wulan merasa optimis bahwa dia akan kembali ke kampung halamannya suatu saat nanti, dan menemukan kebahagiaan dan kehangatan yang selalu dia rindukan.
Dalam perjalanan kembali ke kota, Wulan tersenyum sendiri ketika mengingat momen-momen bahagia yang dia habiskan di kampung halamannya. Dia yakin bahwa kampung halamannya akan selalu menjadi tempat kembali yang indah dalam hidupnya. Dan, walau apa pun yang terjadi, Wulan tahu bahwa dia akan selalu pulang ke tempat itu dengan rasa syukur dan kebahagiaan di hatinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H