Dalam samudra malam, kucelupkan jari-jariku Â
Di air tinta yang mengalir tenang, pekat dan hitam Â
Kata-kata berbisik lembut, mengurai makna tersembunyi Â
Seperti ikan kecil berenang di sela terumbu karang
Aku mendengar desiran riak gelombang, Â
Berirama dengan jantung kata yang berdetak Â
Setiap aksara berkilauan, bak mutiara di dasar laut Â
Menyimpan cerita, rahasia yang tak terungkapkan
Selam lebih dalam, kutemukan harta karun Â
Dalam bentuk Aksara terukir di dinding gua Â
Di sana, bayang-bayang huruf menari, menenun kisah Â
Yang hanya dibaca oleh mata hati yang tajam
Angin laut meniupkan napasnya, membelai lembut Â
Pada daun-daun kertas yang melambai di ranting pena Â
Menjaga keseimbangan di antara gelombang makna Â
Yang menggulung dan menghantam tepi kesadaran
Terkadang, badai datang mengamuk, Â
Mengguncang ketenangan samudra aksara Â
Namun, dalam gemuruhnya, terbit kekuatan baru Â
Melahirkan nyanyian puisi yang mengalun merdu
Hingga akhirnya, di titik terdalam tak terjangkau Â
Aku menyatu dengan lautan kata abadi Â
Menjadi bagian dari aliran cerita tak bertepi Â
Mengisi ruang kosong dengan keindahan tanpa henti
Dalam lautan aksara, aku hanyut tanpa batas Â
Menyelami setiap helai makna yang terbentang luas Â
Di kedalaman sunyi, kutemukan diri Â
Menjadi satu dengan keabadian puisi yang tak pernah mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H