Kau, sang pejuang dalam balutan debu dan peluh, Â
Membuka lembaran pagi dengan langkah tegar, Â
Mengguratkan cerita pada kanvas aspal dan beton.
Kau, sang arsitek impian di bawah langit pucat, Â
Menari bersama angin yang membawa harapan, Â
Menjalin siang dalam tenunan keringat dan usaha, Â
Membentuk mahakarya di antara reruntuhan asa.
Setiap tetes keringatmu, bagai embun di daun, Â
Menghidupkan semangat yang hampir layu, Â
Mengalir di nadi kota yang letih dan lusuh, Â
Menggerakkan roda kehidupan dengan irama tekad.
Kau, penakluk waktu dalam diam, Â
Melangkah di atas bayang-bayang malam, Â
Menyulam mimpi dari serpihan harapan, Â
Menabur benih masa depan di ladang keberanian.
Dengan tanganmu yang kokoh bak akar menjulang, Â
Kau rengkuh bintang yang tersembunyi di balik awan, Â
Membawa sinar harapan dalam gulita, Â
Mengukir jejak tak terlupakan di sejarah dunia.
Di setiap tarikan nafas perjuanganmu, Â
Terdengar nyanyian hati yang lirih namun pasti, Â
Menggemakan kekuatan jiwa yang tak tergoyahkan, Â
Menjadi inspirasi bagi mereka yang merindu harapan.
Nyanyian hatimu, wahai pekerja tanpa nama, Â
Menggema di relung jiwa yang mendambakan cahaya, Â
Mengajarkan dunia, bahwa dalam tiap usaha, Â
Tersembunyi keajaiban yang hanya bisa diungkap dengan cinta.
Namun siapa sangka, di balik senyummu yang tegar, Â
Tersimpan kepedihan yang tak terucap, Â
Tersembunyi di balik dinding-dinding mimpi, Â
Menantang dunia dengan semangat yang tak pernah padam.
Wahai, kau yang berjuang dalam senyap, Â
Nyanyian hatimu adalah simfoni tak terlupakan, Â
Menggugah hati yang mendengarkan, Â
Bahwa di balik setiap peluh, ada cerita yang menunggu tuk diungkap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H