Mohon tunggu...
Dwian Sastika
Dwian Sastika Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia Sebatang Kara

Membagikan kisah inspiratif dan edukasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lautan yang Mendesis

21 Februari 2023   21:02 Diperbarui: 21 Februari 2023   21:05 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengarlah, suara laut yang memekik, Membawa sejuta kisah yang terkisahkan, Dalam setiap gelombang yang tercipta, Dalam setiap hembusan angin yang menerpa.

Lautan yang mendesis dalam keheningan, Menyiratkan kesedihan yang tak terucapkan, Seolah ia ingin bicara, tapi tak mampu, Hanya bisa merintih dan meratap dalam kesunyian.

Dalam liriknya, laut membawa harapan, Harapan akan hidup yang terus bergulir, Dalam setiap debur ombaknya, ia berkata, Jangan menyerah, tetaplah berdiri.

Lautan yang mendesis, terekam dalam hati, Sebagai simbol kehidupan yang terus berputar, Kita harus selalu siap, menghadapi badai, Dalam lautan hidup yang tak pernah berhenti bergelora.

Dalam samudera yang luas ini, Kita terombang-ambing oleh arus hidup, Kadang kita merasa sendiri dan takut Namun, laut selalu ada di sisi kita.

Dalam gelombangnya yang tak henti, Laut memberikan ketenangan dan kedamaian, Seperti ibu yang selalu siap mendengarkan, Mendukung kita dalam setiap perjuangan.

Lautan yang mendesis, mengajarkan makna, Bahwa hidup harus terus bergerak maju, Menghadapi rintangan dan tantangan, Berjuang dan tak pernah menyerah kalah.

Kita bisa belajar dari lautan ini, Untuk terus berjuang dan bangkit dari keterpurukan, Kita bisa menjadi seperti ombak yang kuat, Tidak pernah surut dan selalu bersemangat.

Lautan yang mendesis, membawa cerita, Tentang kehidupan yang tak lekang oleh waktu, Maka, biarkanlah suara laut ini menghanyutkan kita,  Menuju pelukan keabadian yang selalu menanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun