Seperti kata pepatah "dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung". Hal ini juga hampir sama dengan kesenian, yang dimana kesenian ini akan berkembang sesuai dengan daerah tempat kesenian tersebut, walaupun nama dan rupanya hampir mirip dengan kesenian daerah lain. Wayang contohnya. Di Indonesia, wayang dikenal di daerah Jawa-Bali. Perbedaan yang sudah jelas terlihat yakni masalah bahasa yang digunakan. Dikarenakan wayang ini berada di dua daerah yakni jawa dan bali, jadi otomatis akan mengikuti tradisi dan kepercayaan di masing2 daerah. Nah perbedaan lainnya yakni darri segi bentuk wayang. Bentuk dari segi ukiran, ukiran bali lebih rumit dari ukiran wayang jawa, ya lebih banyak ukiranya. Bentuk hidung pada wayang jawa dibuat lebih panjang sedangkan kalo wayang bali tidak.Â
Kemudian pementasannya pun berbeda, wayang bali ditonton di depan layar yg disebut kelir dengan melihat bayangan wayang tersebut, sedangkan wayang jawa ditonton di belakang kelir tanpa melihat bayangan/secara langsung. Kemudian dari pementasannya tentu saja iringannya juga perbeda, jika di Bali menggunakan gender wayang, namun dengan perkembangan zaman ada pula wayang yang menggunakan gamelan semara pegulingan. Sedangkan di jawa menggunakan gamelan khas jawa.
 Jadi dapat kita simpulkan dalam penjelasan diatas, untuk menjaga eksistensi kebudayaan local dan nasioanal tersebut sudah menjadi kewajiban kita sebagai warga Negara Indonesia. Pemerintah yang sudah memberikan kebijakan dalam pendidikan karakter ini menggiring diri bangsa Indonesia untuk mencintai kebudayaannya sendiri. Masyarakat juga memberikan perananannya dalam memnjaga eksistensi seni Wayang di Indonesia dengan mendirikan sanggar seni. Yang dimana sanggar seni ini dapat diikuti oleh siapa saja yang ingin bergelut dengan seni pewayangan. Sebagai generasi muda, sudah semestinya dapat mengindahkan kebudayaan Indonesia yang menjadi cirri khas dan kebanggaan Negara. Masyarakat juga dapat menjaga eksistensi kebudayaan dengan mengenalkan kebudayaan yang kita miliki, khususnya wayang dalam menggunakan media social. Contohnya pengenalan kebudayaan yang dilakukan atau ditayangkan pada media social yang banyak digunakan yakni tiktok atau youtube. Dengan cara ini, secara tidak langsung akan dapat menambah kualitas eksistensi dari sebuah kebudayaan.
 
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H