Mohon tunggu...
Dwi Andriani
Dwi Andriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa aktif di Universitas Pattimura Ambon

seorang perempuang yang tumbuh di atas segala rasa ragu namun tak henti untuk terus mencoba dan ambil bagian di setiap kesempatan yang ada. tumbuh di pelok negri keterbatasan menjadi teman keseharian namun hal itu bukan penghalang untuk terus mengejar mimpi dan cita, gemar menjadi relawan dan aktif bergiat literasi di pelosok negeri, rasanyaa hidup harus terus di jalani ambil bagian di setiap keraguan yang ada untuk jadi satu keberanian dalam diri. karna tidak ada perubahan besar tampa langkah langkah kecil.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Budaya Tari Malangan

10 Maret 2024   17:11 Diperbarui: 10 Maret 2024   17:14 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 teman teman modul nusantara kelompok gajayana inboud universitas negeri malang foto bersama dengan mas imam di sangar seni lintang pandu sekar./dok. pri

kota Malang bukan sekedar memiliki obyek wisata indah dan kulinernya yang nikmat. Malang juga memiliki ikon budaya yang belum begitu populer, bahkan di kalangan warganya sendiri. Ikon budaya tersebut adalah tari dan topeng Malangan. Sejak beberapa tahun lalu mulai tumbuh individu dan komunitas pelestari tari dan kerajinan topeng. Salah satunya yang digagas oleh Sukani dan Amin Karyanata dengan usahanya bernama Lintang Pandu Sekar. Amin Karyanata tak asing dengan topeng Malangan karena lahir dan besar di lingkungan keluarga seniman. 

Keluarga ayahnya secara turun-temurun merupakan seniman Topeng Malang. Sejak lahir ia diperkenalkan dengan kesenian ini. beliau adalah regenerasi ke 8 yang melanjutkan tari topeng malangan ini. Tarian ini diyakini berasal dari tradisi rakyat yang berkembang di masyarakat Jawa Timur sejak zaman kerajaan. Topeng-topeng yang digunakan dalam tarian ini melambangkan berbagai karakter seperti tokoh mitos, pahlawan, atau makhluk gaib Tari Topeng Malangan telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Jawa Timur selama berabad-abad. Selain sebagai hiburan, tarian ini juga memiliki nilai-nilai spiritual dan sosial yang dalam. Ia menggambarkan sejarah, nilai-nilai budaya, dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. 

                                                                                 beberapa gambar topeng dari karakter tari topeng malangan

Karakter dan bentuk topeng Malang berbeda dengan bentuk topeng dari daerah lainnya. Ini dipengaruhi dari sejarah tarian dan tokoh-tokoh lokal yang dipertunjukan dalam tarian ini. Dari segi tarian, tariannya berkesan lebih ceria, gerak tari dan iringannya juga khas. Sedangkan untuk kerajinan topengnya ada pada tokoh, ornamen ukiran dan warnanya. tari tradisional Jawa Timur yang masih sangat sakral ini menampilkan gerakan-gerakan ekspresif dengan memakai topeng sebagai karakternya. Tarian ini menggambarkan berbagai cerita mitos dan legenda, serta nilai-nilai budaya Jawa, biasanya di pentaskan dalam rangkaian upacara adat atau acara budaya, Dari potongan kayu seperti kayu sengon, nangka, kembang, dan menthaos yang dipahat, jadilah topeng. Bentuk dan ekspresi satu topeng dan topeng lainnya berbeda. Ada yang wajahnya halus, ada juga yang seperti buto atau raksasa. Warnanya juga bisa jadi berbeda, ada yang putih, merah, hijau, dan keemasan. Adanya pemilihan warna dan bentuk wajah yang beragam memang disengaja karena satu topeng menggambarkan satu karakter. Karakter yang beragam tersebut menjadi bagian dari sebuah pertunjukan tarian.

pertunjukan tari dari salah satu anggota sangar /dok. pri
pertunjukan tari dari salah satu anggota sangar /dok. pri

semakin di ceritakan malah semakin ingin tahu lebih tentang tari ini banyak sekali filosofi kehidupan di sini, salah satunya manusia dan alam itu sangat erat dan "saling"  iya kita dan alam itu satu, saling keterkaitan, hal kecil dari sebelum menari kita di wajibkan melepas alas kaki karena kata mas Amin di percayai keringat yang turun Insya Allah sampai ke tanah dan ia akan lebih subur, masya Allah. kemudian menyucikan hati & diri sebelum menari karena memang tarian ini masih sangat sakral. kurang lebih ada 200 karakter topeng di tari malangan ini dan ada ritual sendiri untuk mengambil karakter yang sesuai dengan diri.

mulai dari cara memegang topeng, memakai hingga memahat kayu menjadi sebuah topeng ternyata tak mudah. Ada berbagai hal yang harus dikuasai pemahat selain bisa menghasilkan karya topeng yang rapi dan halus. Ia juga harus mengenal karakter untuk dibuat dalam topeng tersebut. dan juga harus sesuaikan dengan  kalender jawa ada tanggal tanggal tertentu. di sini bukan berarti menyembah atau mempercayai topeng topeng tersebut. melaikan lebih ke menghargai budaya dan karya seni yang ada. 

dok. pri
dok. pri

                                                                                             mas Amin sang Maestro tari topeng malangan

kami betul betul menikmati penjelasan dari mas Amin kata mas Amin, tari topeng ini beberapa kali sudah tidak lestari peminatnya juga tidak banyak, namun setelah sempat malaysia mengklaim bahwa batik, lagu nasional, dan beberapa tarian daerah itu milik mereka. di situ pemerintah mulai kembangkan budaya dan culture setiap daerah salah satunya tari topeng malangan. dan di beberapa lembaga sudah menjadi intra (wajib) tidak lagi extra. karena memang tari topeng ini menjadi bagian penting bagi kehidupan masyarakat jawa timur selama berabad abad

di sanggar seni lintang pandu sekar sendiri sudah memiliki murid hampir 300an dengan 8 cabang di titik yang berbeda berbeda mulai dari anak 2 tahun hingga lansia umur 78tahun, untuk mahir dan lancar dalam menari topeng malangan ini membuhtuhkan minimal 4 bulan untuk fokus latihan. teman teman dari sangar tari lintang pandu juga sudah sering mengikuti festival seni dan budaya baik di nasional maupun di skala internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun