Mohon tunggu...
DWI ALVI
DWI ALVI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

nonton film sama mendengarkan music

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penerapan Paradigma Integrasi Dalam Ilmu Sosiologi: Perspektif Nilai Epistemologi

23 Desember 2024   00:41 Diperbarui: 23 Desember 2024   00:41 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Keberagaman Indonesia (Sumber: Kompasiana.com)

Paradigma adalah cara seseorang melihat atau berpikir tentang sesuatu dalam model paradigma yang dapat digunakan sebagai acuan. Sedangkan integrasi adalah proses terus-menerus yang menggabungkan berbagai komponen untuk menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi satu sama lain agar dapat berkembang dan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa paradigma integrasi adalah pendekatan terhadap berbagai konsep yang menekankan bahwa bidang ilmu pengetahuan yang berbeda sebelumnya digabungkan menjadi satu kesatuan yang utuh. Paradigma integrasi bertujuan untuk menggabungkan ilmu pengetahuan agar tidak berdiri sendiri, tetapi saling bergantung satu sama lain. Pada akhirnya, ilmu pengetahuan akan memiliki paradigma integrasi yang lebih terbuka dan dinamis.

Ilmu sosiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana masyarakat berinteraksi, berperilaku, berstruktur, berubah, dan berhubungan dengan masyarakat lainnya. Toleransi, gotong-royong, bertanggung jawab, dan bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah adalah contoh perilaku sosial dalam masyarakat. Ilmu sosiologi tentang toleransi dapat dijelaskan melalui paradigma integrasi dengan menggunakan nilai epistemologi bayani, burhani, dan Irfani. Di antaranya adalah:

BAYANI

Metode yang dikenal sebagai epistemologi bayani menekankan pada teks Al-Qur’an, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan diyakinkan dengan menggunakan akal yang diperoleh dari analisis data yang sudah diterima. Contoh perilaku yang berkaitan dengan ilmu sosiologi dalam epistemologi bayani banyak terdapat dalam surat Al-Qur’an yaitu: tentang toleransi yang di jelaskan dalam surat Al-Hujarat ayat 13, sebagai berikut:

وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۝١٣

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

Dalam surat Al-Hujarat ayat 13 itu menerangkan tentang persatuan dan kesatuan dalam keberagaman dan pentingnya ketakwaan.

BURHANI

Epistemologi burhani adalah pendekatan yang menekankan pentingnya membedakan kebenaran dari kebatilan dan membedakan yang benar dari yang salah dengan memberikan penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Contoh penerapan epistemologi burhani dalam kehidupan sehari-hari dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujarat ayat 13 yaitu:

Kesetaraan: Dalam Al-Hujarat ayat 13, dikatakan bahwa ketakwaan adalah yang menentukan kemuliaan seseorang, bukan asal-usul, suku, atau bangsanya.

Interaksi Sosial: Dalam Al-Hujarat ayat 13, disebutkan bahwa orang harus mengenal satu sama lain.

Pluralitas: Dalam Al-Hujarat ayat 13 mengatakan bahwa manusia berasal dari berbagai bangsa dan suku dan harus saling menghormati.

Dari surat Al-Hujurat ayat 13 memberi kita dasar yang kuat untuk membangun masyarakat yang adil, damai, dan harmonis. Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya untuk saling mengenal, menghormati perbedaan, dan membangun persatuan.

IRFANI

Epistemologi Irfani adalah pendekatan yang menekankan pada pemahaman pengertian yang mendalam dari pengalaman batin atau spiritual. Dalam metodologi irfani pada Al-Qur’an Surat Al-Hujarat ayat 13 memiliki banyak manfaat dalam kehidupan yaitu:

Memahami perilaku sosial: epistemologi Irfani membantu kita memahami mengapa seseorang berperilaku tertentu dalam situasi sosial tertentu. Salah satu contohnya adalah pilihan seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial tertentu saja.

Membangun relasi sosial: epistemologi Irfani membantu kita memahami perspektif dan perasaan orang lain dan membantu kita lebih memahami mereka.

Menyelesaikan Konflik: Epistemologi Irfani dapat membantu dalam mencari solusi yang mempertimbangkan aspek emosional dan spiritual selain rasional.

Menurut nilai epistemologi Irfani, toleransi adalah sikap menghargai perbedaan antara orang lain, baik dalam hal agama, bahasa, suku, atau ras, tetapi kita tetap saling menghargai satu sama lain, seperti semboyan bangsa Indonesia, “bhinneka tunggal Ika”, yang berarti berbeda tetapi tetap satu. Dengan demikian, kita harus selalu menyadari pentingnya toleransi dalam berbagi.

Dengan demikian menggabungkan ketiga nilai epistemologi, kita dapat memahami toleransi sebagai nilai yang penting dalam membangun masyarakat yang harmonis dan inklusif seperti sudah di jelaskan dalam surat Al-Hujarat ayat 13 yang memberikan dasar yang kuat untuk mempromosikan toleransi dalam berbagai konteks sosial dan dari situlah kita belajar bahwa semua orang itu berbeda-beda tetapi tetap sama di mata Allah SWT yang menciptakan manusia dengan sangat sempurna sebagai mahluk, hanya ketakwaan lah yang menjadi tolak ukur bagi manusia di bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun