Mohon tunggu...
Dwi Alfina Damayanti
Dwi Alfina Damayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemula

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Pencegahan Stunting Untuk Mencetak SDM yang Berkualitas sebagai Upaya Mewujudkan Indonesia Emas 2045

11 Agustus 2022   11:06 Diperbarui: 11 Agustus 2022   11:24 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Stunting adalah kegagalan tumbuh kembang akibat kekurangan gizi selama 1.000 hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini memiliki efek jangka panjang pada anak hingga ia dewasa dan lanjut usia. Anak yang sejak dalam kandungan mengalami kekurangan gizi dapat mengganggu perkembangan otak dan organ lainnya, membuat bayi lebih rentan terkena diabetes, tekanan darah tinggi, dan masalah jantung. Selain itu, tanpa perkembangan otak yang optimal, anak akan sulit untuk bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri di kemudian hari (Eko, 2021).

Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan kedua, yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025 (Haskas, 2020). Dimana Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) untuk mencapai Indonesia Emas 2045.

Menurut laporan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) mencatat, pada tahun 2021 sebanyak 24,4% atau 1 dari 4 anak balita Indonesia mengalami stunting. Provinsi dengan angka stunting tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur 37,80%, diikuti oleh Sulawesi Barat 33,80%, Aceh 33,20%, dan Nusa Tenggara Barat 31,40%. Sedangkan provinsi Jawa Barat memiliki angka stunting tertinggi di Pulau Jawa dengan angka stunting 24,50% (Kusnandar & Ahdiat, 2022).

Menurut (Saputri & Tumangger, 2019) stunting disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh gizi buruk yang dialami ibu hamil dan balita. Intervensi yang paling definitif untuk menekan prevalensi stunting yang harus dilakukan dalam 1000 hari pertama kehidupan pada anak di bawah usia 5 tahun. Adapun beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting, yaitu (1) Penerapan pola asuh yang kurang tepat, termasuk minimnya pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi sebelum, selama, dan setelah ibu melahirkan; (2) Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC -- Ant Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan  pembelajaran dini yang berkualitas; (3) Terdapat rumah tangga/keluarga yang masih kekurangan akses pangan bergizi; serta (4) Kurangnya akses terhadap fasilitas air bersih dan sanitasi.

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan sebelumnya menunjukkan pentingnya dilakukan upaya pencegahan stunting untuk menekan tingginya angka stunting yang ada di Indonesia, karena permasalahan stunting berhubungan dengan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang yang berpengaruh pada kemajuan negara Indonesia. 

Oleh karena itu, Kelompok KKN 108 Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2022 mengadakan penyuluhan terkait pencegahan stunting. Penyuluhan mengenai "Pencegahan Stunting pada Anak" yang dilakukan di Posyandu Wijaya Mustika 15B Kelurahan Mustika Jaya, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi. Kegiatan penyuluhan ini diselenggarakan pada hari Selasa, 9 Agustus 2022 dan bekerja sama dengan pihak Kelurahan Mustika Jaya, Petugas Puskemas Mustika Jaya, dan Ibu-ibu PKK Kelurahan Mustika Jaya. Adapun pembicara pada kegiatan penyuluhan ini adalah Ibu Nur Fitriah, S.Gz. Selama kegiatan penyuluhan, tidak hanya dihadiri oleh ibu-ibu dan anak-anak saja, akan tetapi juga oleh bapak-bapak.

Harapannya dengan dilakukannya penyuluhan pencegahan stunting pada anak dapat menekan tingginya angka stunting di Indonesia terutama di Jawa Barat yang memiliki angka stunting tertinggi di Pulau Jawa. Selain itu, masyarakat menjadi paham mengenai apa itu stunting, faktor penyebab stunting, dampak dari stunting, dan bagaimana cara mengatasi stunting pada anak. Sehingga, kelak Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang sehat, berkualitas, dan mampu bersaing dengan negara lain, karena sumber daya manusia merupakan aset terpenting dalam membangun suatu bangsa. Tersedia sumber daya alam dan teknologi yang canggih tidak akan ada artinya jika tanpa didukung sumber daya manusia yang berkualitas.

Daftar Pustaka

Eko. (2021). Pendek Belum Tentu Stunting, Pahami Perbedaan Stunted dan Gagal Tumbuh Pada Anak Usia Dini. https://paudpedia.kemdikbud.go.id/berita/pendek-belum-tentu-stunting-pahami-perbedaan-stunted-dan-gagal-tumbuh-pada-anak-usia-dini?id=20210810094448

Haskas, Y. (2020). Gambaran Stunting di Indonesia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Doagnosis, 15(2), 154–157.

Kusnandar, V. B., & Ahdiat, A. (2022). 10 Provinsi dengan Angka Stunting Tertinggi Nasional Tahun 2021. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/07/12/10-provinsi-dengan-angka-stunting-tertinggi-nasional-tahun-2021

Saputri, R. A., & Tumangger, J. (2019). Hulu-Hilir Penanggulangan Stunting Di Indonesia. Journal of Political Issues, 1(1), 1–9. https://doi.org/10.33019/jpi.v1i1.2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun