Di era modern ini, Gen-Z terutama mahasiswa menghadapi tantangan yang jauh berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Dunia mereka dikelilingi oleh kemajuan teknologi, arus informasi tanpa batas, dan perubahan gaya hidup yang serba cepat. Di satu sisi, mereka dihadapkan pada kebutuhan untuk mempersiapkan masa depan, termasuk tabungan. Di sisi lain, dihadapkan pada tren sosial dalam membentuk personal branding yang dianggap penting dalam menghadapi persaingan di era digital.
Dilema ini, banyak dirasa mahasiswa S1 yang biasanya memasuki usia 20 tahun. Mereka kerap bingung menentukan prioritas: apakah menghemat untuk masa depan atau berinvestasi dalam gaya hidup yang mendukung citra mereka di dunia maya? Tak jarang hal ini akan membebani mereka.
Personal Branding: Antara Investasi dan TekananÂ
Media sosial telah mengubah cara mahasiswa berinteraksi dan membangun citra diri. Di platform seperti Instagram atau LinkedIn, banyak dari mereka perlu menampilkan gaya hidup yang inspiratif dan profesional untuk mendukung personal branding. Hal ini sering kali melibatkan biaya tambahan, seperti membeli pakaian yang menarik, menghadiri acara networking, atau mengikuti kursus demi memperkaya portofolio. Jika dilakukan dengan tepat dan tidak berlebihan maka tidak masalah.
Namun, upaya ini juga menghadirkan tekanan. Dalam beberapa kasus, mahasiswa merasa bahwa citra yang mereka tampilkan harus sempurna, meskipun hal itu akan mengorbankan kebutuhan lain, termasuk tabungan. Apalagi, media sosial kerap menampilkan gaya hidup glamor yang seolah-olah menjadi standar keberhasilan. Hal ini dapat menjadi persoalan.
Tabungan: Kebutuhan yang Terpinggirkan
Di tengah upaya membentuk branding, tidak sedikit mahasiswa melupakan pentingnya tabungan sebagai penopang masa depan. Padahal, tabungan tidak hanya penting untuk mengatasi kebutuhan darurat, tetapi juga sebagai bekal untuk mencapai tujuan hidup, seperti membeli rumah, melanjutkan pendidikan, atau merintis karir setelah lulus kuliah.
Sayangnya, konsep menabung seringkali dianggap 'membosankan' atau bahkan tidak relevan bagi sebagian mahasiswa Gen-Z. Mereka mungkin berpikir, "Kenapa harus menabung sekarang, kalau hidup harus dinikmati saat ini?" Akibatnya, banyak mahasiswa yang belum memiliki tabungan khusus di usia 20 tahun, meskipun mereka sudah mulai mendapatkan penghasilan dari pekerjaan sampingan atau magang.
Menabung sebagai Strategi Personal Branding
Siapa bilang menabung tidak bisa menjadi bagian dari personal branding? Justru, gaya hidup hemat dan bijak dapat menjadi identitas unik yang membedakan seseorang di tengah arus tren konsumtif.
Mahasiswa bisa memanfaatkan media sosial untuk menunjukkan bagaimana mereka mengelola keuangan dengan cerdas, seperti membagikan tips hidup hemat yang tetap stylish atau berbagi pengalaman menjalani gaya hidup sederhana namun bahagia. Sebagai contoh, mereka dapat membuat konten tentang:
- Tips Hidup Hemat Dan Sehat: didalamnya memuat trik memasak makanan bergizi dengan anggaran terbatas.
- DIY (Do It Yourself): didalamnya bisa menginspirasi orang lain dengan proyek kreatif yang hemat biaya.
- Edukasi Keuangan: didalamnya memberikan panduan praktis tentang cara membuat anggaran atau memulai tabungan.
Konten semacam ini tidak hanya relevan, tetapi juga memiliki nilai edukasi yang tinggi. Ketika orang lain melihat manfaat nyata dari gaya hidup hemat yang dijalani, mereka akan merasa terinpirasi. Inilah yang disebut branding diri berbasis nilai-menghadirkan citra yang autentik sekaligus bermakna.
Keuntungan Branding Diri dengan Gaya Hidup Hemat
- Meningkatkan kepercayaan diri
- Menampilkan diri sebagai individu yang bijak dalam keuangan dapat memberikan rasa bangga. Hal ini menunjukkan bahwa kita mampu memprioritaskan tujuan jangka panjang di atas tekanan sosial.
- Mendapatkan pengakuan positif
- Dalam dunia yang seringkali menilai dari pencitraan konsumtif, gaya hidup hemat menawarkan perspektif segar yang diapresiasi banyak orang.
- Membangun komunitas
- Dengan membagikan konten tentang gaya hidup hemat, mahasiswa bisa menarik orang-orang yang memiliki visi serupa, menciptakan jaringan yang mendukung perkembangan mereka secara pribadi maupun profesional.
KesimpulanÂ
Mahasiswa Gen-Z menghadapi dilema besar di era digital: menabung untuk masa depan atau membangun personal branding demi mendukung karir dan eksistensi sosial. Namun, keduanya tidak harus saling bertentangan. Justru, dengan menjadikan menabung sebagai bagian dari personal branding, mahasiswa dapat menunjukkan kepada dunia bahwa gaya hidup hemat adalah sebuah kebanggaan dan bentuk investasi nyata untuk masa depan.
Dengan pendekatan ini, mahasiswa tidak hanya mempersiapkan keuangan yang stabil, tetapi juga menjadi inspirasi bagi orang lain. Hidup hemat bukan berarti membosankan, justru itu adalah pernyataan tegas bahwa mereka memiliki kendali atas masa depan mereka. Mari jadikan menabung sebagai bagian dari identitas kita, karena branding terbaik adalah yang selaras dengan nilai hidup kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H