Mohon tunggu...
Dwiagustriani Akhmad
Dwiagustriani Akhmad Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Planetarium, Wisata Bintang-Bintang

7 November 2010   02:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:48 1492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_317448" align="aligncenter" width="200" caption="Ilustrasi (foto dari www.kutaikartanegara.com)"][/caption] Setiap mendengar kata planetarium maka yang ada dalam kepalaku adalah bintang, langit, dan segala hal yang sangat romantis. Sejak menonton film petualangan Sherina waktu jaman SMP dulu, aku sudah berangan-angan meneropong bintang dari Obsevatorium Boscha di Bandung. Selama ini aku berpikir hanya ada satu tempat untuk mempelajari Bintang di Indonesia. Ya, di Boscha itu. Karenanya, aku merasa sangat excited saat mendengar ada planetarium di Jakarta. aku sudah membayangkan sebuah tempat untuk mengamati bintang. Tapi, ternyata planetarium Jakarta tidaklah seperti bayanganku. Dia adalah tempat pertunjukan video tentang langit dan benda angkasa lainnya. Sebenarnya, tak ada niat ke planetarium Jakarta. Hanya saja karena sedang mencari informasi tentang film Megamind yang tayang dibioskop maka dipilihlah XXI Taman Ismail Marzuki (TIM). Tempat planetarium Jakarta juga berada. Sekali naik bajaj, dua tempat dikunjungi. Setelah searching di blog tentang planetarium ternyata tempat ini lumayan ramai dikunjungi. Ada empat kali pertunjukan. Dan jika ingin menonton pertunjukan pertama yang dimulai pukl 10.00 pagi maka terlebih dahulu harus ngantri pukul 08.00 pagi. kemungkinan terburuknya adalah harus ngantri berlama-lama. Nah, kemungkinan terburuk itu pun jadi kenyataan. Pukul 10.00,empat bus sudah parkir di halaman depan TIM. Gedung planetarium dipenuhi anak-anak berseragam sekolah. Paling banyak anak SD dan anak TK. Rasanya seperti berkunjung ke sekolah. Tiket pertunjukan pertama telah habis. Loket telah tutup. Aku menyempatkan berkeliling di area gedung. Dinding-dinding dilukisi dengan wajah-wajah ilmuan dan para filosof. Namun aku hanya mengenali wajah si Copernicus saja. Tiang-tiangnya dilukisi dengan gambar-gambar rasi bintang. Ada Perseus yang memegang kepala Medusa, Hercules, Gemini, dan banyak lagi. Sayangnya ruang exibhition-nya tertutup. Padahal aku sangat ingin berfoto di Bola bumi yang sangat besar. Berfoto dulu sebelum ngantri :) Saat Antri Pukul 10.30 siang loket tiket dibuka untuk pertunjukan pukul 11.00. Layar televisi sebagai petunjuk jumlah kursi terpampang di dinding ruang antrian. orang pertama membeli tiket, jumlah nominal kursi berkurang 10. orang kedua membeli tiket 70. Orang ketiga membuat sisa kursi jadi 120. orang keempat memborong habis semua tiket itu. Waaahhh...padahal di loket tiket telah tertulis maximal pembelian tiket 6 lembar/orang. Ckckckckck, peraturannya kok dilanggar. Terpaksa antri lagi deh. Demi menjaga urutan antrian, aku pun tidak mengitari gedung lagi atau sekedar jalan-jalan keliling TIM. Hampir dua jam mengantri hingga loket terbuka kembali. Rapinya antrian tiba-tiba diserobot oleh ibu-ibu yang membeli 70 tiket karcis. Waaaallllaaaahhh....ini ibu, mau enaknya saja. Nda mau ngantri di belakang. Para pengunjung yang lain pun protes. Namun ibu itu tetap melenggang kangkung bersama rombongannya. Perlu aturan yang lebih ketat untuk antrian ini. Pembatasan pembelian tiket perlu diberlakuakan secara tegas. Selain itu untuk rombongan tour yang datang sebaiknya mengontak lebih dahulu petugas planetarium sehingga lebih terkoordinir dan tidak mengecewakan pengunjung yang lain. Saat Pertunjukan Tempat pertunjukannya serupa kubah. Kursi-kursi di buat melingkar dengan sandaran yang sedikit telentang sehingga mampu melihat ke atas kubah. Ya, layarnya adalah kubah tersebut. Awalnya aku berpikir ini akan seperti menonton film biasa. Namun ternyata, Beda! Ada proyektor besar ditengah ruang pertunjukan.Proyektor itulah yang memberikan efek langit malam di langit-langit kubah. Saat lampu dimatikan dan proyektor dinyalakan. Show pun dimulai. Serasa melihat langit malam dengan jutaan bintang yang begitu terang. Wuih, jadi ingat kalo lagi berkemah di kampung dulu. Narasinya pun dibawakan secara langsung. Awalnya aku sempat bingung, kenapa harus memakai narator langsung? Mengapa tidak merekamnya saja. Ternyata pertanyaan itu terjawab saat pertunjukan. Narasi langsung berguna untuk pertunjukan yang lebih interaktif. Selain itu informasi-informasi terupdate tentang luar angkasa perlu disampaikan untuk menambah pengetahuan. Dan lagi narator mampu memperingati audiens yang terlalu ribut. Bayangkan, hampir separuh pengunjung adalah anak TK. Betapa ributnya mereka. Meskipun telah di dampingi orang tua. Ibu gurunya pun sama ributnya. Jadi teguran langsung sangatlah efektif. Kubah menggelap saat pertunjukan dimulai. Bintang-bintang bersinar terang. Narator menarasikan bahwa itu adalah langit jakarta pukul 07.30 malam. Hahahaha, jangan harap kenyataan seperti itu. Jakarta sudah terkena polusi cahaya yang sangat parah. Langitnya sangat keren. Naratornya menjelaskan satu persatu tentang benda-benda di langit. Planet, astroide, meteor, hingga galaksi di jagad raya. Aku paling suka saat tampilan langit berubah menjadi rasi-rasi bintang. Waaahhhh.....seperti mimpi keciljadi nyata. Melihat rasi bintang dalam wujud lekukan dan serupa gambar adalah mimpiku.Karena waktu aku berpikir rasi bintang itu seperti bentuk binatang itu. Misalnya rasi scorpio, bentuknya dilangit adalah kalajengking. Padahal tidak seperti itu. Hahahahaha.Persepsi tentang rasi bintang yang tak pernah berubah sampai sekarang.Menyesatkan.Saat berpura-pura jadi astronot pun mengasyikkan. Bintang-bintangnya bergerak. berputar dari timur ke barat. Waaahhh....jadi pusing. Berkunjung ke planetarium menyadarkan aku bahwa Tuhan memang tak bermain dadu dalam menciptakan semesta. Jagad ini begitu luas dan bertawaf dengan hukumnya masing-masing. Pengetahuan manusia adalah sebuah pengetahuan yang begitu tipis yang diberikan oleh Tuhan untuk mengungkap semesta ini. Bumi menjadi anugerah yang tak ternilai bagi manusia. Dan sesungguhnya semesta ini adalah sebuah misteri. Alam raya ini adalah salah satu bentuk kuasa Tuhan yang tak boleh dinafikkan manusia. Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan? QS.Ar.Rahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun