Mohon tunggu...
Dwi Agung Ariyanto
Dwi Agung Ariyanto Mohon Tunggu... -

traveller engineer,tulisan saya adalah petualangan saya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesona Si Hitam Kereta Uap Kuno Ambarawa

2 Oktober 2011   03:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:25 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_138793" align="alignleft" width="180" caption="Sta Wiilem 1 Ambarawa (kol. pribadi)"][/caption]

Museum Kereta Api Ambarawa yang dulu dikenal dengan nama Stasiun Willem 1, terletak ditengah kota Ambarawa, sekitar 1,5 jam dari kota Semarang. Museum yang menyimpan sekitar 20an koleksi kereta api tua yang dulu dengan gagahnya melintasi rute rute pulau jawa. Berbagai macam lokomotif dari tahun pembuatan 1891-1966 yang diproduksi dari negara Swiss, Belanda dan Jerman  semua dapat kita nikmati, karena dipajang di pelataran halaman museum. Museum kereta api ambarawa dan kereta uapnya juga pernah dijadikan setting untuk film "Sang Pencerah", kemudian setting video klip "Negeri Di Awan" nya Katon Bagaskara dengan latar belakang pemandangan yang sangat indah. Di dalam museum kita jug bisa menikmati berbagai barang barang kuno dan antik yang dulu menjadi perlengkapan standar perjalanan kereta api. Halaman peron stasiun kelihatan bersih dan taman taman yang dihiasi dengan kereta api uap zaman dulu yang semuanya berwarna hitam. Museum kereta api ini juga menjadi tempat bersejarah bagi saya pribadi, karena dengan setting bangunan dan kereta api kunonya menjadi tempat foto pre wedding saya dan istri saya.

[caption id="attachment_138794" align="alignleft" width="180" caption="Loko B2503 dengan kepulan asap hitamnya (kol.pribadi)"][/caption] Dan saya berkesempatan untuk mengunjunginya lagi kali ini bersama istri dan [caption id="attachment_138796" align="alignright" width="180" caption="Gerbong CR:71-I (ko. pribadi)"][/caption]

Peparing kecilku. Dan pas kebetulan disana saya sekali lagi mendapatkan keberuntungan untuk bisa naik kereta api uap kuno yang mempunyai nomor loko B2503 dengan rute sta Ambarawa- Bedono dengan nomor seri gerbongnya CR :72-I. Saya tidak sia siakan kesempatan ini untuk menjajal kereta api uap ini yg sangat melegenda, dengan menikmati panorama keindahan  di dalam kereta api.Gerbong yang semuanya didominasi bahan dari kayu, dari tempat duduknya,dinding dan atapnya, sampai jendela yang bisa dibuka lebar lebar ke atas, sehingga hawa pegunungan akan menerpa wajah kita. Gerbong yang pertama kali di operasikan tgl 1 september 191, memiliki kapasitas 40 kursi. Naik ini serasa bernstalgia kembali ke jaman dahulu.

[caption id="attachment_138797" align="alignleft" width="180" caption="Proses perpindahan loko (kol. pribadi)"][/caption]

Jalur pertama sta ambarawa-sta jambu tidak terasa begitu istimewa, karena jalur rel yang masih datar dan memiliki konstruksi rel yang hampir sama seperti rel yang dipakai zaman sekarang. Berbagai macam aktifitas dan rumah penduduk dapat kita saksikan. Saat kereta berhenti di sta jambu,maka loko posisinya akan memutar. Kepala loko yang awalnya di depan, memutar posisi menjadi di belakang gerbong. Dimana jalur sta jambu-sta bedono menanjak, maka loko berfungsi sebagai pendorong gerbong, dan jalur kereta apinya juga memiliki keunikan, yaitu bergerigi, dimana fungsinya untuk memudahkan kereta api menanjak di lajur ini. Rel bergerigi ini salah satu dari 2 yang masih berfungsi hingga saat ini, salah satunya di sawahlunto ( sumbar). Di jalur ini, kita akan benar benar disuguhi pemandangan yang maha dahsyat. Keelokan gunung ungaran dan gunung merbabu dapat kita nikmati dibalik jendela.

[caption id="attachment_138798" align="alignright" width="180" caption="Panorama Gunung dan Persawahan (kol.pribadi) "][/caption]

Panorama sawah yang menghampar akan benar benar memanjakan mata kita. Ditambah dengan angin lembut yang membelai dari jendela yang terbuka lebar. Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan. Untuk bahan bakarnya,

[caption id="attachment_138799" align="alignleft" width="180" caption="Proses pembakaran kayu jati, sebagai bahan bakar KA uap (kol.pribadi)"][/caption]

kereta api uap ini menggunakan kayu jati, sehingga dapt menghasilkan panas yang sempurna. Kita juga bisa melihat kayu jati yang dimasukkan ke dlm sebuah ketel, yang berfungsi untuk menjalankan kereta api. Disambungan antar gerbong, ada 2 pekerja KA yang dengan sigap menaik turunkan rem KA yang masih mengggunakan rem tangan secara manual. KA uap akan berakhir di sta Bedono yang berada di ketinggian 711mdpl. Sehingga suasana sejuk akan selalu menemani kita. Bedono sta kecil, tapi kelihatan terawat bersih. Dindingnya dicat warna putih, sedangkan atap selasar di dominasi warna hijau.

[caption id="attachment_138803" align="alignright" width="180" caption="Sta Bedono 711mdpl (kol.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_138801" align="alignleft" width="180" caption="Peparing dengan teman kecilnya bermain, sembari menunggu KA Istirahat (kol.pribadi)"][/caption] KA akan berhenti sekitar 20 menit sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke sta Ambarawa. Yang uniknya lagi, kereta akan berjalan mundur, sampai ke sta Ambarawa. Saat perjalanan kembali dari sta bedono ke sta jambu, maka kereta akan diikuti anak anak kecil yang berlari untuk mendapatkan imbalan ala kadarnya dari penumpang KA.

[caption id="attachment_138804" align="aligncenter" width="180" caption="Bocah mengejar KA untuk sekedar imbalan (kol.pribadi) "][/caption]

Perjalanan dari Sta Ambarawa-Sta Bedono ditempuh sekitar 1 jam dengan kecepatan KA sekitar 10-15 km/jam. Sehingga total perjalanan PP 2 jam. Tapi seperti yang tertulis didalam gerbong "IT TAKES ONLY ONE HOUR, BUT THE MEMORY OF : your RAILWAY MOUNTAIN TOUR WILL LAST FOREVER ". Semoga perjalanan ini juga tersimpan selalu di benak peparing kecilku. Hitam hitam kereta apai, biar hitam masih banyak yang antri untuk naik,... tut tut tut.  Ayo berwisata keluarga dinegeri sendiri, kenali negerimu, cintai negerimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun