Mohon tunggu...
Dwi Agung Ariyanto
Dwi Agung Ariyanto Mohon Tunggu... -

traveller engineer,tulisan saya adalah petualangan saya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Benteng Wolio - Saksi Kejayaan Kesultanan Buton

26 September 2011   14:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:36 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan jalan ke kota baubau, tidak afdol rasanya bila tidak menyempatkan diri untuk mampir ke salah satu peninggalan kejayaan kesultanan Buton, yaitu  benteng wolio. Kota baubau bisa dicapai menggunakan pesawat dari Makasar atau menggunakan kapal cepat dari pelabuhan Kendari. Benteng ini mempunyai arsitektur mirip huruf dhal dalam abjad arab. Benteng yang mempunyai luas 22,8 ha dengan panjang keliling 2740 meter, sehingga menjadikannya benteng terluas di dunia. Benteng yang di bangun sejak pemerintahan La Sangaji, yang merupakan sultan ke 3 ( 1591 s/d 1597 ) dan selesai keseluruhan diakhir pemerintahan Sultan ke 6 La Buke Gafurul Wadudu ( 1632 s/d 1645 ). Bahan dasar benteng wolio adalah batu gunung yang direkatkan dengan menggunakan pasir dan kapur. Benteng yang mempunyai ketinggian dinding antara 1 meter hingga 8 meter, dan ketebalan dinding antara 50 cm s/d 2 m. Dimasa lampau, benteng wolio ini merupakan pusat pemerintahan kesultanan Buton, Benteng ini mempunyai 12 lawa (pintu) yang melambangkan 12 lubang yang ada pada tubuh manusia, dan 16 baluara (bastion) / pos jaga.

Banyak sekali peninggalan sejarah yang masih bisa kita lihat di dalam benteng wolio ini. Diantaranya yaitu :

1.       Masjid Agung  Kesultanan Buton (  Masigi Ogena )

Masjid yang dibangun sultan Buton XIX, yaitu Sakiudin Durul Alam pada sekitar abad 17. Kerangka masjid yang terbuat dari kayu Jati Raha, yg merupakan daerah penghasil kayu jati yg terbaik di Sulawesi tenggara. Masjid ini tidak setiap hari dibuka untuk umum., dibuka hanya setiap hari Jumat dan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Konon suara bedugnya bila ditabuh bisa terdengar sampai ke tanah suci Mekkah.

2. Kasuulana Tombi / Tiang bendera

Didirikan pada akhir abad ke-17 untuk mengibarkan tombi / bendera Kesultanan Buton yang disebut Longa Longa. Bahan dasarnya yang terbuat dari kayu jati dengan ketinggian 21m dari permukaan tanah yang berdiameter antara 25 cm hingga 70 cm. Berarti usianya skrng sekitar 4 abad dan masih berdiri kokoh. Didekatnya dipahat prasasti nama nama Raja dan Kesultanan Buton yang pernah berkuasa.

3. Batu Popaua / Batu pelantikan

Batu ini difungsikan pada sekitar abad ke -14, bersamaan dengan tampilnya Kerajaan Buton dalam panggung sejarah Nusantara. Pertama kali dipakai pada pelantikan Raja Buton yang pertama, yang bernama Wa Kaa Kaa, dimana Raja Buton yang pertama adalah seorang perempuan. Membuktikan bahwa seorang wanita sejak dulu mampu memerintah dan berkuasa. Pada tahun 1929 atas upaya Sultan Muhammad Hamidi dibuatkan atap sebagai pelindung. Pada tahun 2002 dibangun pagar keliling setinggi 175cm. Batu popaua ini bentuknya pipih dan ada lubang seukuran kaki. Dimana dulunya raja/sultan Buton dilantik dengan menginjakkan kaki di atas batu popaua dan diputarkan payung di atas kepalanya.

4. Makam Sultan Murhum.

Bangunan makam yang berdiri di puncak bukit wolio, merupakan makam Sultan Murhum atau Sultan Kaimuddin Khalifatul Gamis, sultan Buton yang memerintah selama kurang lebih 46 th, pada abad ke 15 (1538-1584). Bangunan makam dikelilingi pagar setinggi 4 meter yang berwarna putih. Dengan panjang sekitar 3 meter. Konon, setiap orang yang berdoa khusyuk dimakam Sultan Murhum, doanya akan dikabulkan Allah swt. Untuk masuk ke dalam lokasi makam dan berdoa didalamnya, kita harus melepas alas kaki.

5. Batu Wolio / Petirtaan

Batu wolio terletak disebelah makam sultan Murhum, berupa batu hitam setinggi 1 meter. Berasal dari abad ke 14. Berfungsi sebagai tempat pengambilan air suci / tirta untuk dimandikan kepada calon raja / sultan Buton sebelum dilantik. Konon bila raja/sultan benar benar calon yang terpilih, maka dari batu tersebut, akan keluar air yang akan digunakan untuk mandi. Menurut salah satu penduduk sana bila pengunjung berdiri di dekat batu tersebut, dan dari batu tersebut keluar airnya, konon segala harapannya akan terkabul.

6. Liana Latoondu / Gua Arupalaka

Gua ini merupakan sebuah ceruk kecil yang terbentuk karena proses alam, setinggi 1,5 meter. Pernah dijadikan tempat persembunyian Arupalaka, seorang raja Bone yang berpengaruh di tanah Bugis. Ia melarikan diri ke Buton tahun 1660 untuk sementara waktu. Dan ia kemudian kembali lagi ke Sulawesi Selatan untuk memimpin perlawawanan mengahadapi Gowa. Dan pada saat penulis mendekat ke gua tersebut, bulu kuduk  terasa merinding, ada suasana yang berbeda saat mendekat ke gua tersebut.

Didalam lingkungan benteng terdapat juga museum, tapi saat pemulis kesana, museumnya sedang ditutup. Di dalam benteng, juga dapat kita saksikan banyak makam dari punggawa atau kerabat kesultanan yang bertebaran dimana mana, dan juga meriam meriam kuno. Sore hari adalah saat yang tepat untuk mengelilingi benteng wolio, karena cuaca yang lebih adem dan dikala senja kita bisa menikmati matahari tergelincir ke peraduannya sambil memandangi kota baubau dengan panorama berlatar belakang pantai yang indah. Setelah capek mengelilingi benteng wolio, malamnya kita bisa menikmati sarabba dan pisang gorengnya di pinggir pantai Kamali, ditambah dengan desiran lembut angin laut malam sepoi sepoi.  Ayo saatmya berwisata dinegeri sendiri, kenali negerimu, cintai negerimu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun