Mohon tunggu...
Dwi Mustofa
Dwi Mustofa Mohon Tunggu... profesional -

Pekerja keras, percaya pada kekuatan pikiran, dan yakin bahwa perubahan itu pasti.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tak Tahu Kapan Berakhir

21 Agustus 2014   06:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:59 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SETIAP hari selalu saja ada yang datang dan pergi. Ada yang dilahirkan, pun ada yang meninggal. Yang lahir disambut gembira. Yang meninggal direspon dengan duka cita.Itulah kehidupan.

Datang dan pergi hal yang lumrah. Alami. Semuanya  mengalir. Seperti juga bergantinya siang dan malam. Terbit dan tenggelamnya mentari.

Kita tak pernah tahu kapan akan berakhir. Kematian yang niscaya pun tak kita tahu kapan akan menghampiri. Yang kita tahu adalah bahwa kematian itu akan datang. Kapan? Tak tahu. Kita memiliki keyakinan, bahwa hidup pati akan berakhir.

Kabar kematian tak pernah diharap. Sedangkan kelahiran adalah direncanakan oleh orang tua. Bahwa jodoh, rezeki, dan kematian adalah rahasia Tuhan. Pasangan hidup ada kalanya tak abadi. Setidaknya ada yang mendahului pasangannya, pergi ke alam kubur. Rezeki pun datang dan pergi. Harta benda silih berganti. Bisa jadi hari ini dalam genggaman, esok lepas hilang entah kemana.

Kita tak tahu kapan hidup kita akan berakhir. Kematian yang secara naluriah dan nash Tuhan, tak diharapkan, itupun, tak tahu kapan berakhir. Hanya kepada Tuhanlah tempat berserah diri. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun