Kelokan demi kelokan gang atau jalanan kecil padat penduduk saya susuri bersama seorang kawan di siang hari yang terik dengan menunggangi sepeda motor... Dengan sigap sekaligus pasrah kami arahkan motor pada satu kelokan gang yang akan mengarah pada kelokan berikutnya...
Di kawasan padat penduduk seputaran Cipadung, Kota Bandung tersebut kawan saya sebagai pekerja sosial profesional atau social worker sedang melakukan praktikum yang berkonsentrasi dalam pemberian pertolongan bagi penyandang disabilitas kejiwaan pada ranah sosial... Beberapa hari terakhir ini saya mendampingi serta membantu kawan saya itu untuk mengunjungi rumah warga dimana terdapat anggota keluarga yang terdiagnosa penyandang Skizofrenia juga hingga sampai bertatap dan berkomunikasi langsung dengan penyandang Skizofrenia...
Saya bukan seorang Sosiolog atau pemerhati budaya pop bahkan juga bukan seorang psikater atau psikolog hanya saya pernah belajar sedikit mengenai gangguan kejiwaan atau pathopsikologi waktu jaman jaman kuliah dulu... Yang baru saya pahami tingkat resiliensi atau kemampuan beradaptasi yang teguh pada situasi yang sulit pada setiap individu berbeda-beda...
Seiring dengan berubahnya pola hidup sebagai manusia modern, kemajuan teknologi juga tuntutan kebutuhan ekonomi menggiring bahkan menuntut seorang individu agar tetap mempunyai resiliensi yang “baik” sebab masyarakat masih memiliki logika yang kejam dalam memberi label seorang individu... Masyarakat masih kaku dalam memahami dan memperlakukan bahkan memberi pertolongan pada individu yang berada pada tingkat resiliensi rendah yang cenderung mengalami gangguan emosional dan kejiwaan seperti Skizofrenia...
Sebatas yang saya ketahui Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan gangguan utama pikiran, emosi, dan tingkah laku seringkali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi... Sesuai litelatur yang saya pernah baca diagnosis Skizofrenia paling banyak ditegakkan pada individu yang berada pada kelas sosial menengah ke bawah...
Hanya yang unik adalah prevalensi atau populasi yang mengalami Skizofrenia di negara berkembang dan negara maju relatif sama, sekitar 20% dari jumlah penduduk dewasa... Oleh karena itu semakin majunya sebuah negara tidak menjamin prevelensi Skizofrenia memiliki presentasi yang kecil sebab perspektif psikodinamika meyakini bahwa terbentuknya Skizofrenia dalam diri individu bukanlah sesuatu yang terjadi dalam seketika... Proses dimulai sejak masa paling awal dalam kehidupan individu.. Masa lalu selalu hadir dan terkandung pada masa kini.. dan masa lalu selalu meninggalkan jejaknya.. Sehingga siapa saja bisa terkena Skizofrenia, tanpa melihat jenis kelamin, status sosial maupun tingkat pendidikan...
Skizofrenia adalah suatu hal yang sangat luas yang di dalamnya terkandung beragam kemungkinan atau variabel pembentuk mulai dari sisi medis, psikologis maupun sosial baik sebagai faktor pencetus atau faktor penyebab. Bukan satu hal yang salah ketika terdapat anggota keluarga kita terdiagnosa atau menunjukan simtom yang mengarah pada Skizofrenia yang salah adalah ketika para pasien Skizofrenia tidak mendapatkan penanganan atau penatalaksaaan bantuan yang mumpuni seperti pengobatan dan kesetersediaan obat yang dapat diperoleh dengan mudah, memberikan informasi dan dukungan bagi keluarga dan terapi psikologis yang tepat untuk mengurangi kekambuhan pada masa mendatang...
#enjoykeun #skizofrenia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H