Pada akhirnya dia memilih pergi, menjauh dari semua. Tidak bertanggungjawab bukan. Mudah baginya untuk lari sementara hatiku disini takkan bisa kemana-mana. Aku tau dia juga sedang bingung, sama bingungnya denganku. Pergi dengan keadaan menggantung. Aku tak tau apa yang harus kulakukan menunggu atau berlalu. Dua-duanya  sama-sama menyusahkan, dua-duanya sama tidak pastinya. Setidaknya seandainya dia mau meluangkan waktu seperti dulu, membahas semuanya dengan santai, aku akan tau apa yang seharusnya kulakukan.
Bisa kau bayangkan, susahkan jadi aku? Biarlah kubertahan disini, bahkan ketika dia pergi. Bahkan ketika yang kutunggu takkan kembali. Biarkan sampai kakiku benar-benar tak sanggup lagi untuk bertahan. Suatu saat aku akan mampu melangkahkan kakiku kembali, mungkin butuh waktu, mungkin akan lama. Tapi tak perlu khawatir aku mampu melewatinya, pasti.
Ingin kusampaikan padanya. Aku merindukanmu ‘my pelukable man’, julukan yang ku beri untuknya. Karena bagiku dia sangat nyaman untuk di peluk, sangat tenang, seperti semua masalah hilang hanya dengan pelukannya. Namun kini, ketika dia harus pergi, siapa yang akan memberikan pelukan hangat itu. Siapa yang akan memberiku ketenangan itu. Diary, sampaikan padanya aku sangat merindukannya. Aku mencintainya bahkan setelah semua kebohongannya. Entah sampai kapan, yang ku tau saat ini aku mencintainya, sangat. Mudah mudahan Tuhan menjanganya dimanapun dia berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H