Tolong, jangan senyum-senyum tanda takyakin begitu! Kuakui memang belakangan setelah terkontaminasi teknologi komputer, aku sering malas menulis dengan indah. Sok menulis dengan gaya dokter, padahal belajar Stenografi pun tak pernah khatam. Bahkan, aku melampiaskan hasrat corat-coret dan menulis indah justru saat merasa bosan mengikuti rapat . Eh! Â
Oke Diari, lupakan saja!
By the way busway (ini semacam bahasa anak Jaksel, Di!) aku masih menyimpan tulisan tangan mendiang Eyang Putriku, lho. Sebelum meninggal, beliau mewariskan buku resep masakan dan obat herbal yang ditulisnya dalam buku notes. Meskipun bergaya jadul miring ke kanan, tetapi tulisan beliau tergolong bagus. Sayang belum sempat kufoto. Lain kali pasti kutunjukkan!
Jangan sedih, aku simpan juga tulisan tangan mendiang Ibuku. Ya, selama aku di rantau kami saling berkirim surat. Ada nih sepotong tulisan mendiang Ibu yang berupa nasihat. "Doa itu kekuatan terbesar di dunia maka berdoalah sekusyuk mungkin, dan sebanyak mungkin" dan satu lagi "Ambil waktu untuk tertawa, beramal, dan bekerja".Â
Menurutku, tulisan mendiang Ibuku juga bagus. Maklum saja karena beliau guru SD, yang biasa melatih anak-anak untuk menulis indah.
Diari, kalau cerita tentang sesuatu yang kusukai bakal melebihi panjang kereta. Untuk hari ini setidaknya kita sama-sama sudah tahu bahwa tanggal 23 Januari diperingati sebagai Hari Tulisan Tangan Sedunia.
Aku juga semakin paham betapa besar manfaat menulis tangan. Aku akan berusaha agar tidak tenggelam dalam teknologi digital dengan menyempatkan diri menulis dengan tangan. Mungkin aku akan lebih sering menulis versimu di dunia nyata.
Jangan takut Di, kalau ada yang bertanya "kapan kamu terakhir menulis menggunakan tangan", aku pastikan jawabannya adalah "hari ini".
Baiklah Diariku yang baik, kucukupkan sampai di sini ya! Bahagiaku hari ini bertambah satu, yaitu bisa ngobrol lagi denganmu. Sampai bertemu lagi!