Sebenarnya, waktu itu pun kami yang baru lulus SD merasa heran kenapa di SMP kami masih ada pelajaran Menulis (Halus). Sependek pengetahuan kami di SMP lain di berbagai penjuru Kota Lumpia, siswanya tidak mendapat pelajaran "Level SD" itu.
Selidik punya selidik, ternyata sekolah bruderan tempatku belajar ingin memberikan tempat bagi seorang bapak guru veteran. Itulah berita yang sempat kudengar. Semoga bukan hoaks, ya! Bagaimanapun menurutku itu hal yang sangat positif. Sebuah bentuk penghargaan bagi bapak guru tersebut sekaligus memberikan manfaat bagi para siswa.
Benar, Di!Â
Konon, menulis menggunakan tangan itu banyak sekali manfaatnya. Selain punya efek menenangkan; juga mampu meningkatkan memori, keterampilan kognitif, dan kreativitas. Menulis menggunakan tangan juga dapat melatih koordinasi antara otak kanan dan kiri.
Ah, tapi aku lupa siapa nama Bapak Guruku itu. Tolong ya Di, bantu aku mengingatnya!
Bagi murid-murid kelas satu di SMP kami, Pelajaran Menulis semacam "refreshing". Penting gak penting, gitu deh! Tidak ada beban harus meraih nilai bagus, tetapi tetap dituntut tanggung jawab. Di, kamu pasti ingat aku paling suka pelajaran tersebut, apalagi waktunya setelah jam Olahraga. Bisa menulis sambil santai seperti sedang di pantai. Hahaha.
Eits, begitu pun aku selalu menulis dengan serius. Kamu tahu itu kan, Di? Bapak Guruku yang tulisannya indah itu pun selalu memberi nilai bagus untuk tulisanku yang tak kalah indah. Hai, kamu sudah lihat sendiri, kan?
Sebenarnya, tulisanku memang terbilang bagus lho, Di. Teman-temanku sepertinya juga sepakat sehingga aku sering diberi tugas menulis catatan di papan tulis. Setelah dewasa aku juga sering ditunjuk jadi sekretaris.
  Â
Aku bukan menyombongkan diri, hanya sedikit percaya diri. Boleh, kan? Bahkan, di perguruan tinggi aku juga masih belajar menulis dengan teknik yang benar dan terukur.