Di rumah pencukuran dia menghampiri tumpukan bulu domba hasil pencukuran yang belum dikemas. Serigala berguling sedemikian rupa sehingga cukuran bulu domba menempel pada tubuhnya. Setelah seluruh tubuhnya tertutup bulu domba, penampilan serigala pun berubah menyerupai seekor domba.
"Hmmm... aku ini memang cerdik! Oke, waktunya beraksi!" puji serigala pada dirinya sendiri seraya beranjak keluar dari rumah pencukuran.
Dengan menyamar sebagai domba, serigala jahat mulai menjalankan aksinya. Serigala membuat kekacauan di berbagai tempat, termasuk mencuri ayam di pertanian. Â
*
Dalam tiga hari terjadi kehebohan di kawasaan pertanian. Beberapa petani melaporkan kehilangan ayam. Namun, para penjaga tidak mendapati serigala yang mereka curigai selama ini. Bahkan, beberapa petani melapor bahwa mereka melihat seekor domba mengganggu ternaknya.
Setiap hari usai menjalankan aksinya serigala jahat menyusup di antara kawanan domba yang digembala oleh Ringgo. Pada awalnya serigala tidak mudah dikenali. Maklum saja ada ratusan domba dalam kawanan.
Mungkin karena terlalu sibuk, Ringgo pun tampaknya kurang teliti. Untuk mengelabui si anjing gembala, serigala berbulu domba itu selalu menekuk ekornya yang panjang agar tidak terlihat.
Namun perlahan-lahan Paman Peternak, majikan Ringgo mulai menaruh curiga. Beberapa hari belakangan dari kejauhan Paman Peternak mengamat-amati seekor domba yang tidak pernah mau berkelompok dengan teman-temannya.
Setiap kali Ringgo menggiring kawanan, si domba mencurigakan itu selalu memisahkan diri dan suka melawan. Padahal selain penurut, domba juga sangat suka berteman dan bergerombol.
Mata si domba yang dicurigai itu juga memancarkan tatapan benci, berbeda dengan domba-domba lain  yang memiliki tatapan damai. Selain ciri-ciri fisiknya yang mencurigakan, Paman Peternak juga melihat sifat-sifat lain yang tidak sesuai dengan sifat domba.
Diam-diam, Paman Peternak menyampaikan kecurigaan tersebut kepada petani dan peternak lain. Mereka pun membuat rencana untuk menangkap serigala jahat itu.