Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Yuk, Upayakan 3 Hal Ini untuk Mengurangi Sampah Makanan!

20 Desember 2020   22:20 Diperbarui: 21 Desember 2020   19:38 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi semalam bisa diolah menjadi nasi goreng untuk sarapan (Ilustrasi: Adelia Rosalinda -- pixabay.com)

Ajaib! Mendengar doa Bunda Teresa, tergeraklah hati pemilik toko roti itu. Keesokan harinya ia mengirimkan roti 'fresh from the oven' dalam jumlah banyak kepada Bunda Teresa. Roti itu juga berasal rekan-rekannya sesama pemilik toko roti yang tergerak setelah mendengar kisahnya. Hari itu para gelandangan dan orang-orang miskin pun bersukacita karena dapat menikmati makanan.      

Dalam kehidupan sehari-hari sebagian orang beranggapan bahwa kemampuan membeli makanan semata-mata hasil kerja/usahanya. Sama sekali tak berhubungan dengan religiositas.

Akibatnya, mereka merasa bebas untuk menikmati ataupun membuangnya. "Saya beli makanan pakai uang hasil usaha sendiri. Jadi, mau menghabiskan makanan atau tidak itu hak saya!" Demikian kira-kira kilah yang terlontar.

Banyak orang kerap lupa bahwa sejatinya makanan merupakan berkat dari Tuhan. Salah satu tanda syukur pada Tuhan adalah memanfaatkan berkat tersebut sebaik-baiknya. Bukan saja untuk diri sendiri, tetapi juga bagi kemaslahatan banyak orang.

Menyisakan atau membuang makanan merupakan tabiat buruk dan mencerminkan pribadi yang cenderung tidak mensyukuri berkat Tuhan. Padahal, banyak orang miskin yang tidur dalam keadaan kelaparan. Demikianlah, simpulan untuk renungan hari pertama.

Ilustrasi: countercurrents.org
Ilustrasi: countercurrents.org

2. Memahami Sampah Makanan sebagai Masalah Keseharian

Dalam pidato Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2013, Paus Fransiskus mengecam kebiasaan membuang makanan. Tampaknya teguran itu relevan pada siapa pun.

"Budaya membuang makanan membuat kita kehilangan kepekaan. Kebiasaan ini sangat menjijikkan di saat banyak orang dan keluarga di seluruh dunia masih kelaparan dan kekurangan gizi ...  Konsumerisme membuat kita terbiasa melihat sisa makanan yang dibuang, yang menurut kita tak bernilai ... Membuang makanan tak ubahnya mencuri makanan dari meja orang miskin dan kelaparan."

Demikianlah, budaya hedonisme sering kali juga tampak dalam kebiasaan makan. Tak sedikit orang yang makan atau membeli makanan hanya karena keinginan sesaat. "Lapar mata", "lapar mulut", demi konten/status di medsos, dan sebagainya.

Ketika menghadiri jamuan prasmanan, saya acap kali merasa miris bila mendapati tamu mengambil banyak sekali makanan, tetapi tidak menghabiskannya. Alasan seperti 'saya sudah kasih amplop, boleh dong ambil makanan sesuka hati' terdengar sangat menyedihkan.  

Seorang pengusaha katering yang turut dalam renungan mengakui dirinya pun kerap merasa sedih bila menemukan banyak makanan/minuman tersisa dalam mangkuk, piring, atau gelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun