Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Siter atau Godril, Camilan Jadul dari Biji Pohon Trembesi

24 November 2020   11:56 Diperbarui: 24 November 2020   12:07 1993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disulut obrolan dan komentar di atas, mau tak mau saya pun ikut membuka memori dan kembali ke masa-masa ketika camilan siter atau godril masih cukup populer. Saya sepakat dengan pendapat Pak Budi yang menyebut rasa godril itu gurih. Selain enak dan gurih, sebenarnya juga unik!

Setelah mengonsumsi godril seseorang biasanya akan cenderung buang gas. Meskipun terkesan kurang sopan, konon efek tersebut memberikan faedah yaitu meredakan gejala kembung.

Oya, siter atau godril dibuat dengan memasak biji-biji trembesi yang sudah diambil dari polongnya. Jika masih lembap, polong harus dijemur dahulu hingga kering dan mudah dibuka atau dipecah. Biji-biji yang sudah dikeluarkan dicuci bersih dan direndam air panas agar empuk (medhok, dalam bhs. Jawa). Selanjutnya dijemur lagi hingga kering.

Tanpa dikupas lagi, biji trembesi yang telah bersih dan kering dimasak dengan metode sangrai. Sangrai atau sangan adalah cara menggoreng tanpa menggunakan minyak sama sekali. Biji trembesi yang disangrai kalau sudah masak akan berwarna kecokelatan.

Jika digoreng sangat matang kulitnya yang menghitam cenderung terlepas. Orang Jawa menyebutnya mlethek. Menikmati siter atau godril yang sudah tidak berkulit cenderung lebih mudah. Sementara yang masih berkulit dinikmati seperti makan kwaci.

Dahulu camilan unik ini banyak dijual di pasar atau warung-warung. Ada yang dibungkus dengan plastik, ada juga yang dibungkus kertas berbentuk kerucut (conthong, dalam bhs. Jawa). Menurut sahabat saya, dahulu kala di kampungnya harga siter setengah plastik es lilin sekitar mang ripis (bahasa Jawa, artinya lima rupiah). Idiiih tahun berapa tuh masih ada uang receh lima rupiah? Tampak sekali aroma "zaman old" ya? Hehe...

Sekejap saya menduga camilan tempo doeloe ketika cheese stick atau onion ring belum dikenal tersebut hanya tinggal kenangan. "Zaman milenial begini mana ada lagi sih yang jualan godril?" Demikian yang terlintas dalam benak saya seraya iseng menuliskan "godril" sebagai kata kunci pada mesin pencari Google.  

Oh my God! Ternyata ada saudara-saudara!

Ilustrasi: https://www.picuki.com/profile/Setenpo
Ilustrasi: https://www.picuki.com/profile/Setenpo

Bukan bermaksud promosi, tetapi di google saya menemukan fakta bahwa kuliner jadul tersebut ternyata masih eksis. Kita dapat dengan mudah menemukannya di sejumlah marketplace. Jadi, kita dapat membelinya secara daring.

Tidak sedikit UMKM yang menjadikan camilan jadul ini sebagai lahan bisnis. Siter, godril, atau mindhik dijual dalam berbagai kemasan. Harga per kilonya dibandrol hingga 64 ribu rupiah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun