Namun, nasihat saya ternyata tidak berdampak sama sekali. Seraya menitipkan balitanya, dia mengincar cairan antinyamuk yang tergeletak di kaki tangga. Ketika menyadari niatnya, sekejap saya membentaknya dengan suara keras dan menghujaninya dengan kemarahan.
Bentakan dan kemarahan terjadi lebih karena saya sendiri merasa sangat ketakutan. Bagaimana jika dia benar-benar mati bunuh diri? Apa yang nantinya harus saya katakan pada para tetangga, polisi, atau entah siapa? Segala macam pertanyaan memenuhi benak. Oya, saya pernah menuliskan kisah tersebut di sini.Â
Demikian pengalaman saya berhadapan dengan orang yang hendak bunuh diri. Meskipun telah berlalu, tetapi pengalaman tersebut menorehkan ketakutan dan trauma tersendiri. Lebih takut daripada saat nonton film horor.
Kisah Keberhasilan Ren-hung Menyelamatkan Yu-tingÂ
Banyak usaha bunuh diri berhasil dengan tragis. Kendati demikian, tidak sedikit pula yang berhasil diselamatkan. Keberhasilan misi penyelamatan orang bunuh diri biasanya didukung oleh kejelian dan kesadaran orang terdekat-dalam arti fisik maupun relasi.
Seperti halnya aksi Lo Ren-hung-dikisahkan oleh John Dyson (Reader's Digest, 2007)-yang menyelamatkan nyawa Yang Yu-ting. Ren-hung adalah teknisi komputer sebuah surat kabar di Taipei yang stand by sepanjang malam. Sementara Yu-ting, gadis yang dikenalnya di dunia maya adalah mahasiswa di Kaohsiung City sekitar 300 kilometer dari Taipei.
Sejak awal perkenalan hingga mereka menjalin pertemanan, Yu-ting yang kesepian selalu curhat pada Ren-hung. Gadis mungil yang terlihat ceria tersebut ternyata sangat rapuh.
Ren-hung tidak keberatan menjadi teman curhat Yu-ting. Ren-hung memang dikenal sebagai pemuda yang suka mengulurkan bantuan dan menolong orang lain.
Melalui sejumlah obrolan dan penelusuran tulisan-tulisan di blog Yu-ting, Ren-hung mengetahui bahwa gadis 22 tahun itu mengalami depresi hebat dan sudah berkali-kali gagal melakukan upaya bunuh diri.
Suatu malam, tiba-tiba Yu-Ting meneleponnya dan mengatakan bahwa dia sedang berada di sebuah hotel. Pengakuan Yu-ting bahwa dia sedang membakar batu bara membuat Ren-hung terkejut dan menyadari apa yang sedang terjadi. Sampai menutup teleponnya Yu-ting tidak mngatakan posisinya, kecuali "lantai 8".
Jarak 300 kilometer antara Taipei dan Koahsiung tidak memungkinkan Ren-hung untuk menyelamatkan Yu-ting secara langsung. Dengan pengalaman di bidang teknologi internet dan jejaring di dunia maya, Ren-hung mulai melakukan upaya paling masuk akal.
Dia mengirimkan pesan dengan status 'SIAGA SATU':Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!