"Happy Friday 13th!" Demikian cuitan seorang teman Kompasianer, Mbak Yayat hari ini yang sempat membuat jantung saya berdetak lebih kencang. Woow! Baru tersadar kalau hari ini adalah hari Jumat yang bertemu dengan tanggal 13 pada kalender bulan November 2020. Sekejap ingatan saya melayang pada film horor berjudul Friday the 13th, juga pada lagu bertajuk Lady in Red lantunan Chris de Burgh yang menegakkan bulu kuduk. Â
Namun, kali ini saya tak hendak mengulas film horor yang cukup fenomenal pada zamannya itu. Sejak lama saya tertarik dengan fobia seseorang pada Friday 13th 'Jumat tanggal 13'. Memang ada ya fobia terhadap hari dan tanggal? Ada kok, simak deh! Â
Triskaidekafobia 'Fobia pada Bilangan 13'
Tidak sedikit orang yang merasa ketakutan ketika tiba-tiba memecahkan cermin atau bertemu dengan kucing hitam. Berbagai pikiran buruk sontak menghantui bila kebetulan mengalami semua kejadian tersebut. Demikian halnya dengan ada orang-orang yang menjadi sangat ketakutan saat bertemu dengan angka 13.
Entah sejak kapan ketakutan pada angka 13 mulai diketahui dan/atau disadari. Tampaknya takhayul dan mitos terkait angka 13 sudah ada sejak berabad-abad lampau. Kisah turun-temurun, film dan novel bergenre horor, dan tradisi dalam masyarakat secara tidak langsung turut andil melestarikan ketakutan tersebut.
Dalam istilah psikologis, ketakutan irasional pada bilangan 13 dikenal dengan sebutan triskaidekafobia. Istilah ini diambil dari bahasa Yunani. Tris berarti 3, kai berarti dan, sedangkan deka artinya 10.
Tidak dapat dimungkiri bila ketakutan pada angka 13 nyaris dimaklumi oleh kebanyakan orang hampir di seluruh dunia. Termasuk di dalamnya juga kalangan intelektual, seperti para ilmuwan, guru/dosen, pengusaha, kontraktor, dan pebisnis.
Saya masih ingat ketika mengontrak rumah di bilangan Jakarta Timur. Di rumah petak yang dibuat bertingkat-tingkat bak asrama tersebut, tidak saya dapati rumah bernomor 13. Alhasil, urutan nomor rumah adalah ..., 12, 12A, 14, dan seterusnya. Pernah juga saat naik lift di sebuah bangunan bertingkat lebih dari 13, saya tidak menemukan angka 13 pada tombolnya.
Tentunya pembaca pun banyak mendengar atau membaca hal-hal serupa. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara di dunia. Â Â
Menurut wikipedia, dunia barat mengaitkan angka 13 dengan posisi duduk Yudas Iskariot-murid Yesus yang berkhianat-dalam Perjamuan Terakhir. Ada juga sumber yang menyebut terkait dengan jumlah orang yang hadir dalam perjamuan tersebut.
Budaya barat juga mengaitkan angka 13 dengan berbagai kisah yang menunjukkan pertanda kesialan. Salah satunya adalah kisah hilangnya hukum ke-13 dari Kode Hammurabi kuno (The ancient Code of Hammurabi). Boleh jadi itu hanyalah kesalahan sang penerjemah.
Hal tersebut berlawanan dengan kelengkapan yang terwakili oleh angka 12. Sebut saja 12 bulan pada tahun solar maupun lunar, Â 12 tanda zodiak, 12 hari Natal, 12 suku Israel, 12 dewa Olympus, dan sebagainya.
Sebagian orang menyebut ketakutan pada angka 13 tidak masuk akal. Apalagi fobia pada angka 13. Namun, faktanya fobio itu dialami oleh sebagian orang. Seorang komponis kondang bernama Arnold Schoenberg yang diduga menderita triskaidekafobia mengganti semua notasi ke-13 dengan 12a. Uniknya, komponis keturunan Austria-Amerika tersebut diketahui lahir dan meninggal pada tanggal yang sama, yaitu 13.
Ketakutan pada angka 13 melebar pada angka-angka yang berhubungan erat, terutama secara matematis. Misalnya, penjumlahan yang menghasilkan nilai 13 dan/atau kelipatan serta perkalian dari 13. Masyarakat Afganistan konon menolak angka 39 sebagai nomor plat mobil dan telepon karena 39 adalah perkalian tida dari 13.Â
Paraskavedekatriafobia 'Fobia pada Jumat Tanggal 13' Â
Ternyata kisah yang ada tidak berhenti pada ketakutan pada angka 13, tetapi pada hari Jumat bertanggal 13.
Oleh beberapa kelompok, hari Jumat dianggap sebagai hari penuh kesialan. Meskipun cenderung lemah, tetapi anggapan itu konon juga dipengaruhi tradisi Kristen yang menyebut bahwa Yesus disalibkan pada hari Jumat. Jumat juga disebut sebagai hari terbunuhnya Habel oleh Kain, saudaranya. Â
Walaupun begitu, bagi sebagian yang lain alih-alih menakutkan, hari tersebut justru ditandai sebagai hari besar yang pantas diagungkan. Kita tentu ingat Jum'at Agung (Good Friday) bagi umat Nasrani.
Fobia pada hari Jumat yang jatuh tanggal 13 dikenal sebagai paraskavedekatriafobia atau friggatriskaidekafobia. Duh, rumit banget ya? Membaca istilah fobianya saja sudah bikin fobia. Hehe! Namun, memang itulah nama untuk bentuk khusus dari triskaidekafobia.
Bukan saja para penderita paraskavedekatriafobia, tetapi banyak orang yang percaya takhayul nasib buruk bila bepergian pada Jumat tanggal 13. Konon, tiket pesawat terbang memiliki harga lebih murah pada momen yang hanya dijumpai maksimal 3 kali dalam setahun. Kebetulan tahun 2020 ini hanya ada satu hari Jumat bertanggal 13, yaitu 13 November 2020. Menurut perhitungan, tahun 2021 nanti-tepatnya 39 bulan setelah tanggal hari ini-akan ada Friday 13th. Unik juga, karena 39 adalah 3 x 13! Â
Mengatasi Triskaidekafobia dan Paraskavedekatriafobia
Setelah mengetahui definisi dan seluk beluk triskaidekafobia dan paraskavedekatriafobia, setidaknya kita bisa melakukan introspeksi atau mawas diri. Apakah Anda termasuk orang yang percaya kesialan pada angka 13 dan/atau Jumat tanggal 13 (Jumat-13)? Adakah pengalaman khusus yang membuat Anda sangat trauma akan hari tersebut?  Mungkinkah Anda mengalami triskaidekafobia dan/atau paraskavedekatriafobia?
Orang-orang yang mengalami triskaidekafobia dan/atau paraskavedekatriafobia tidak dapat disalahkan begitu saja. Fobia bukanlah perasaan yang mengada-ada. Bagaimanapun rasa takut  yang sangat berlebihan terhadap benda atau keadaan tertentu berpotensi menghambat kehidupan yang bersangkutan.
Memiliki fobia itu berat dan tidak mudah. Jadi, seandainya ada di antara pembaca yang mengalami kedua fobia tersebut, ada baiknya mulai mencari cara untuk mengatasinya. Menurut sebuah laman kesehatan, secara umum fobia dapat diatasi dengan beberapa cara berikut.
- Menghadapi fobia secara perlahan-lahan, sehingga dapat keluar dari kecemasan dan rasa takut yang selama ini menghantui. Keberanian yang diupayakan terus-menerus akan menyadarkan kita bahwa apa yang selama ini kita takutkan tidak terjadi. Kita menjadi lebih percaya diri dan terkendali.
- Mempelajari teknik relaksasi, sehingga Anda dapat menenangkan diri saat berada pada situasi ketakutan. Relaksasi dapat membantu mengembalikan ritme jantung yang berdebar-debar atau napas yang memburu.
- Menantang pikiran negatif dan mengupayakan pikiran yang lebih positif. Fobia bisa juga terjadi karena pikiran melebih-lebihkan situasi buruk yang akan dihadapi dan mengalahkan logika. Pikiran positif berpotensi mengurangi kecemasan dan ketakutan akibat fobia. Â Â
Seandainya beberapa cara di atas tidak mampu mengatasi fobia, kita harus berkonsultasi dengan ahlinya. Jangan ragu untuk menemui seorang psikiater. Harapannya, melalui terapi yang tepat dan berkelanjutan fobia tersebut dapat diminimalkan atau mungkin dihilangkan.
Lebih daripada segala usaha di atas, kita pun perlu mendekatkan diri pada Yang Mahakuasa. Dalam kehidupan sehari-hari ada baiknya bila kita terus-menerus menyadari ketergantungan kita pada Yang Ilahi. Kedekatan manusia kepada Sang Pemberi Hidup adalah sebuah keniscayaan. Saya menyampaikan ini bukan hendak menggurui, tetapi ini juga nasihat untuk diri sendiri yang sering kali juga merasa takut.
Dengan iman mendalam, kita mestinya yakin dan percaya bahwa segala sesuatu akan terjadi pada diri kita hanya jika Tuhan berkehendak. Thank God It's Friday!
Depok, 13 November 2020
Salam Friday 13th, Dwi Klarasari
Sumber bacaan:Â 1Â | Â 2Â | Â 3Â | Â 4Â | Â 5Â |
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI