Tanggal 7 November ternyata adalah Hari Wayang Nasional. Boleh jadi peringatan ini belum cukup populer. Sangat dimaklumi karena memang penetapannya baru dilakukan pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Hari Wayang Nasional ditetapkan lewat Keppres Nomor 30 tanggal 17 Desember 2018. Pemilihan tanggal dikaitkan dengan pengakuan PBB atas wayang Indonesia sebagai warisan dunia yang patut dilestarikan, yaitu pada 7 November 2003.
Bertepatan dengan Hari Wayang saya ingin mengajak para pembaca untuk lebih mengenal Museum Wayang. Setidaknya bagi teman-teman yang belum pernah berkunjung ke museum yang berlokasi di Kota Tua, Jakarta ini. Meskipun mungil dan dihimpit oleh gedung lain, tetapi tampilannya yang khas-mirip bangunan di Negeri Belanda-membuat museum ini cukup mencolok di kawasan kota tua.
Dahulu Gereja Belanda
Museum Wayang yang berada di sisi barat Taman Fatahilah ini, tepatnya beralamat di Jalan Pintu Besar Utara 27, Jakarta Barat. Dari lokasinya jelas bahwa gedung museum termasuk satu di antara bangunan bersejarah. Meskipun demikian museum ini telah berkali-kali mengalami perubahan atau pembangunan ulang sehingga tidak seluruh bagian bangunan memiliki usia yang sama.
Awalnya gedung yang dibangun tahun 1670 tersebut dinamai De Oude Hollandsche Kerk 'Gereja Lama Belanda'. Gereja ini diperuntukkan bagi penduduk sipil Eropa, termasuk tentara Belanda yang kala itu bertugas di Batavia. Tahun 1732 gereja tersebut direnovasi. Seiring pembaruan, lantas namanya pun diganti menjadi De Nieuwe Hollandse Kerk 'Gereja Baru Belanda'.
Menurut Adolf Heuken dalam Sejarah Jakarta, gempa bumi tahun 1808 membuat gedung ini rusak sehingga harus direnovasi kembali. Sesudahnya bangunan difungsikan sebagai kantor. Perbaikan terhadap bangunan ini dilakukan beberapa kali, termasuk sesudah gempa tahun 1938. Setelah beberapa kali berubah fungsi, pada tanggal 13 Agustus 1975 oleh pemerintah gedung tersebut ditetapkan menjadi Museum Wayang.
Koleksi Museum Wayang
Mengenal dan mencintai budaya tradisional berjuluk wayang bisa kita mulai dari museum ini lho. Konon, di museum dikoleksi lebih dari 4000 buah wayang.Â
Bukan hanya wayang yang datang dari budaya Jawa atau Sunda saja, tetapi juga dari berbagai penjuru Nusantara dan luar negeri. Ada wayang kulit, wayang golek, wayang beber, wayang rumput, wayang potehi, dan sebagainya. Oya, kelengkapan pagelaran berupa set gamelan juga dipamerkan di dalamnya.
 Â
Museum ini juga menyimpan sejumlah boneka tradisional daerah, seperti sigale-gale boneka kayu khas Batak Toba dan ondel-ondel Betawi. Di museum ini kita juga dapat bertemu dengan si Unyil, Ucrit, dkk. yang dipajang berjejer di salah satu bagian museum. Selain itu ada juga koleksi lukisan wayang serta aneka topeng dari berbagai daerah, termasuk topeng gundala-gundala dari Tanah Karo.
Boneka dari berbagai negara juga menjadi bagian penting dari koleksi Museum Wayang. Ada boneka dari Tiongkok, Vietnam, India, Suriname, Kolombia, juga boneka khas dari sejumlah negara Eropa.
Kisah Horor di Museum Wayang
Kendati berulang kali direnovasi dan disesuaikan dengan pemanfaatannya, Museum Wayang masih menyisakan petilasan bangunan lama berusia ratusan tahun. Di antaranya adalah bekas makam Gubernur Jenderal VOC (Batavia) Jan Pieterzoon Coen yang terdapat di taman terbuka di bagian belakang museum.
Percaya tidak percaya, selalu ada kisah horor di setiap bangunan kuno. Demikian halnya dengan Museum Wayang. Konon, beberapa pemandu wisata pernah melihat sosok serdadu Belanda berpakaian dinas yang diduga sebagai "sosok" JP Coen sang Gubernur Jenderal.
Kisah lain menyebutkan bahwa penjaga museum sering kali mendengar keributan dalam sebuah peti penyimpanan wayang. Selidik punya selidik, ternyata di dalam peti tersebut berisi   koleksi wayang Duryudana, Raja Muda Astina beserta keluarganya. Sebagai informasi, Duryudana adalah tokoh antagonis yang konon jelmaan iblis yang mudah terhasut oleh Sengkuni si paman yang licik.
Demikian sekilas cerita tentang Museum Wayang. Kelak bila pandemi sudah berlalu dan pariwisata kembali normal, jangan lupa berkunjung ke museum bersejarah ini. Tidak hanya menyajikan pameran, tetapi secara rutin dilakukan pagelaran wayang. Keren kan? Selamat Hari Wayang Nasional 2020!
Depok, 7 November 2020
Salam budaya, Dwi Klarasari
Sumber bacaan:Â
1. Â Museum Wayang Â
2. Buku Saku Keliling Old Batavia: Melacak Gedung Berhantu (Majalah Femina)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI