Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna Sebuah Nama Panggilan

17 Oktober 2020   17:24 Diperbarui: 17 Oktober 2020   17:32 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumpa Lahiri dalam novel The Namesake (diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Makna Sebuah Nama) mengisahkan betapa tokoh utama bernama Gogol merasa sangat terguncang dan sulit menerima ketika namanya dijadikan bahan ejekan oleh kawan-kawannya. Bahkan saat beranjak dewasa si Gogol mengganti namanya. Belakangan ia baru mengetahui bahwa ada kisah epik di balik pemberian nama tersebut. Dalam suatu kecelakaan hebat, Ashoke, ayahnya ditemukan oleh regu penolong di antara mayat-mayat berelimpangan karena ia melambai-lambaikan sobekan kertas novel karya penulis Rusia Nikolai Gogol.    

Lho, kok jadi cerita tentang si Gogol. Kalau teman-teman tertarik dengan novel besutan penulis berkebangsaan India tersebut, silakan bisa ditelusuri ulasannya di sini. Sekarang kita kembali dahulu ke si Nining tadi ya?

Begitulah, kala itu pertengkaran bagi anak-anak hanyalah bumbu dalam pertemanan. Jadi, tidak terjadi keributan di antara orang tua ataupun saling melapor ke polisi, KPA, atau yang lain. Tidak lama sesudah bertengkar, pasti akan terdengar teriakan 'Ning... Nining!' dari teman-teman satu geng maupun geng lawan. Kemudian kami pun akan kembali berlarian bersama, berkejaran di pematang sawah, dan berlomba-lomba memburu keong serta belut.

Di sekolah saya dipanggil dengan nama depan yang lebih formal, yaitu Dwi. Saat duduk di bangku SD siapa pun yang berteriak memanggil Dwi, mereka itu pastilah teman-teman sekolah. Cukup efektif untuk membedakan dengan panggilan teman-teman di lingkungan rumah dan gereja. Boleh dibilang, teman-teman di sekolah jarang saling bertengkar sehingga tidak tercipta lagu ejekan. Alhasil, sampai lulus SD nama resmi saya hanyalah Dwi.

Meskipun begitu, pernah suatu kali guru di kelas 6 dengan bercanda memanggil nama belakang saya sebagai "Klaras". Kemudian beliau melanjutkan dengan sebuah nasihat begini: 'Kamu jangan mau dipanggil Klaras yo Wuk, itu sebutan lain untuk daun pisang kering'. Hahaha..., ibu guru saya itu cantik dan lucu!

Singkat cerita, jadilah saya anak SMP. Masa SMP adalah masa puber, pertemanan di antara anak-anak SMP lebih heboh dan sedikit urakan, bahkan nyaris kurang ajar. Bagaimana tidak? Pada zaman itu satu sama lain di antara kami dengan ceria dan tanpa rasa bersalah saling memanggil dengan nama orang tua (a.k.a. bapak) masing-masing.

Tahukah kamu, siapa nama panggilan kesayangan untukku? Bejo! Ya, itu sinonim untuk "Untung" yang adalah nama ayah saya.  

Hanya kepala sekolah dan para guru serta teman-teman yang lembut serta imut saja yang ketika itu masih memanggil saya dengan nama Dwi. Sementara yang lain-di dalam maupun luar kelas-lebih suka memanggil saya dengan nama Bejo. Bahkan sampai hari ini, jika ada orang yang berteriak 'Jo atau Bejo' (bukan Bu Tejo, ya), dia pastilah teman satu SMP.

Saat SMA, Dwi kembali menjadi nama panggilan kesayangan untuk saya, meskipun ada beberapa teman SMP yang belum move on alias masih sayang untuk melupakan nama "Bejo".

Selama masa SMA saya sangat getol berkoresponden, hobi yang saya tekuni sejak SD. Kala itu saya memiliki banyak sahabat pena. Surat dari sahabat pena lebih banyak dilayangkan via alamat sekolah, meskipun harus rela melalui sensor kepsek (kepala sekolah).

Suatu hari saya dipanggil ke ruang kepsek gara-gara dalam suratnya sahabat pena saya ngrasani 'membicarakan' guru-gurunya. Suster Kepala yang menyensor surat tersebut, menegur dan mengatakan bahwa tindakan tersebut kurang baik. Suster meminta saya menyampaikan pada kawan saya untuk tidak mengulanginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun