Dengan bekal hasil riset tersebut peserta dipersilakan menyajikan sketsa cerita-membuat alur, karakter para tokoh, dan eknik penceritaan. Setiap peserta mendapat kesempatan melakukan author speed dating untuk menguraikan gagasan ceritanya sekaligus berkonsultasi. Bli Can memberikan masukan, kritik, dan saran kepada setiap peserta.
Pada prinsipnya kami didorong untuk mengabadikan berbagai gejolak perasaan individu maupun kelompok yang muncul dalam situasi pandemi Covid-19 ini. Sudah barang tentu gejolak perasaan tersebut jamak terekspresikan dalam keluarga, komunitas, maupun masyarakat di berbagai daerah di Indonesia juga berbagai belahan dunia. Kami semua berpedoman bahwa melalui karya fiksi harus dapat diberikan gambaran yang lebih jujur tentang berbagai perasaan manusia.
Fiksi menjadi cara paling ampuh untuk merekam perasaan sebuah bangsa. Pernyataan ini bukan tanpa dasar, tetapi terbukti telah memberikan gambaran yang jujur terhadap centang-perenang realitas sesungguhnya. Albert Camus lewat novel La Peste (1947) telah merekam perasaan penduduk kota Oran sebuah koloni Perancis di Aljazair ketika wabah pes memporakporandakan kota itu. ~ Putu Fajar Arcana
E-book Cerpen Pilihan #ProsadiRumahAja Â
Setelah mendapat pengarahan panjang lebar dari Bli Can, kami diberi waktu sekitar sepuluh hari untuk menyelesaikan cerpen tersebut.
Cerpen dari seluruh peserta (50 orang), baik dari kelas A maupun B pun selanjutnya dikurasi oleh Bli Can. Sebanyak 20 cerpen yang lolos kurasi selanjutnya dikompilasikan dalam sebuah buku elektronik (e-book).
Buku elektronik Cerpen Pilihan #ProsadiRumahAja ini diberi tajuk PANDEMI sebagaimana topik utama yang diangkat. Saya merasa senang karena cerpen saya berjudul Jurnal Sang Muarikh ada di antara 20 cerpen terpilih. Serunya lagi, kami mendapatkan honor penulisan layaknya bila tulisan dimuat di media cetak. Â
PANDEMI boleh dikatakan sangat ekslusif karena setiap cerpen dilengkapi dengan ilustrasi karya sejumlah pelukis-seperti ciri khas cerpen di Harian Kompas. Menariknya lagi semua ilustrasinya berwarna. Â Â
Silakan Unduh Gratis E-book (Format PDF) "PANDEMI"Â di siniÂ
Jika ditanya, kami semua ingin kumpulan karya itu dapat dicetak. Namun, keinginan tersebut harus dilupakan karena konon kurang pas dengan salah satu misi dari penggagas kegiatan.
Kegiatan ini telah berhasil membuktikan bahwa kreativitas bisa dilakukan di mana saja, termasuk saat menjalani "karantina" di rumah atau di mana pun. Di samping keberhasilan itu tampaknya penggagas kegiatan juga ingin agar karya penulis #ProsaDiRumahAja dapat diakses dan/atau dibaca oleh siapa pun dengan mudah.
Sejumlah cerpen yang dapat dinikmati dalam buku elektronik PANDEMI diharapkan menjadi kesaksian tentang suatu zaman. Kisah-kisah yang diangkat menjadi dokumentasi sosial yang mencatat gejolak batin yang dialami banyak orang tatkala berhadapan dengan wabah bernama Covid-19.
Dengan demikian karya-karya tersebut akan terus hidup di masyarakat sebagai tonggak pengingat agar kita lebih waspada serta senantiasa siap siaga untuk segala kemungkinan selama pandemi ini dan di masa mendatang.