Polemik pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tetiba mengingatkan saya pada situasi pada awal merebaknya pandemi di negeri ini. Ketika itu tagar #dirumahaja menjadi topik yang tren di media sosial, dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) serta kelas daring menjadi sebuah keniscayaan.
Pada waktu itu saya pun turut dalam "semangat" #dirumahaja dengan mengikuti sejumlah pelatihan secara daring. Kebetulan saat itu pun proyek yang sedang saya kerjakan harus terhenti. Kelas pertama saya adalah belajar menulis prosa bersama Bli Can (Putu Fajar Arcana) dengan "pandemi" sebagai topik utama. Berikut kisahnya sebagai pengingat. Â Â
Sekelas dengan Maudy "Zaenab" Koesnaedi
Ruang kreatif #ProsadiRumahAja adalah nama kelas daring pertama saya. Kelas gratis ini ini digagas oleh Galeri Indonesia Kaya bersama Arcana Foundation. Seperti ciri khas "kelas gratis" lain, dibutuhkan sedikit perjuangan untuk bisa diterima. Calon peserta harus mengirimkan aplikasi dengan CV berikut sebuah karya cerpen.
Beruntung saya berhasil mendapat tiket masuk kelas berkapasitas 50 peserta tersebut. Kelas dibagi menjadi dua, A dan B; saya mendapat "bangku" di Kelas A. Selain peserta yang datang dari berbagai penjuru Nusantara ternyata di kelas kami ada Maudy Koesnaedi sebagai "murid tamu". Kehadiran Mpok Zaenab yang ayu dan murah senyum tentu menjadi pemicu semangat belajar murid yang lain.
Ruang Kreatif #ProsaDiRumahAja dilaksanakan pada tanggal 18-19 April 2020 dengan  menggunakan aplikasi Zoom. Dua hari berturut-turut kami mengikuti "kuliah" yang dimentori oleh Bli Can, jurnalis senior sekaligus Redaktur Sastra Harian Kompas.  Â
Riset dan Observasi Sebelum Menulis Fiksi
Pada dasarnya dalam kelas #ProsadiRumahAja Bli Can mengarahkan kami untuk melakukan sejumlah pengamatan dan riset hingga dapat memetik inspirasi dan selanjutnya mengelaborasikannya dalam karya estetik berupa cerpen. Â
Ilmu jurnalistik selalu bersandar kepada fakta, sedangkan prosa bersandar pada fiksi. Bagaimana mungkin teori dalam ilmu yang bersandar pada fakta tersebut dipergunakan untuk menulis sebuah prosa atau fiksi?Â
Pertanyaan itulah yang menjadi kunci sekaligus benang merah kelas #ProsaDiRumahAja. Lewat pertanyaan itu pula kami ditantang untuk menyerahkan karya cerpen pada akhir kelas.
Pertama kami dibekali teori penulisan prosa, tentang plot/alur cerita juga beragam pembuka dan penutup cerita sekaligus teknik pembuatannya. Selanjutnya dijelaskan teori jurnalistik yang dapat mendukung penulisan prosa. Selain standar kerja 5W + 1H juga diberikan contoh penggunaan data-fakta hasil riset dan observasi saat menuliskannya dalam prosa.
Sebagai praktiknya, kami diminta mencari ide untuk diriset. Dari topik besar "pandemi", kami dipersilakan mengangkat tema "Rumah sebagai Ruang Bersama Melawan Pandemi". Riset boleh dilakukan dengan berbagai cara, baik langsung maupun tidak langsung. Â Â