Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merindu Abimanyu (Bagian 2)

5 September 2020   13:19 Diperbarui: 6 September 2020   08:35 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari demi hari aku berusaha keras mengingat semua. Setelah dua purnama, barulah kukenali kembali Mbok Mi dan Nana, pengacara sekaligus sahabatku. Satu per satu kenangan membanjiri ingatanku. Lantas, aku pun mulai merindukan Abimanyu.

 

Walaupun semua selang telah dilepas dan aku boleh pulang, tetapi sesungguhnya aku belum pulih. Di kamar aku hanya terbaring tak berdaya. Mbok Mi merawatku dengan sabar dan tekun. Sesekali perawat dari rumah sakit datang melakukan terapi. Sementara Nana mengurus segala hal untukku sekaligus berusaha menemukan Abi.

Merindukan Abi membuat waktu berjalan sangat lambat. Rasanya sudah bertahun-tahun aku terbaring di ranjang. Nyatanya pancaroba baru saja menghampiri untuk menghalau bulan-bulan basah seraya menyapa musim kemarau.

Aku merindu Abimanyu siang malam tanpa jeda. Gagasan Mbok Mi menghangatkan dinding kamarku dengan foto-foto Abi justru semakin menguatkan rasa rindu sekaligus menambah laraku. Setiap pagi kubayangkan Abi akan segera pulang, tetapi hingga rembang petang tak juga kudapati sosoknya.

Abimanyu seperti lenyap ditelan waktu. Belakangan hari aku bermimpi hidupku tak akan lama. Kondisiku memang tak kunjung membaik. Komplikasi pascastroke semakin hebat. Diabetes bawaan menurunkan harapan untuk bisa menanti Abi lebih lama lagi.

Kuminta Nana melegalkan wasiatku menyerahkan rumah ke tangan Mbok Mi sampai Abi kembali. Nana juga yang kuminta mengatur pencairan dana rumah tangga setiap bulan dan memberikannya kepada Mbok Mi. Meskipun berbeda jalan cerita, Mbok Mi dan aku sama-sama sebatang kara.

 

'Tinggallah di sini Mbok, tolong rawat rumah ini.' Itulah yang kukatakan lewat tulisan tangan yang masih berantakan. Saat itu, lidah masih kaku belum sanggup berkata-kata. Dengan linangan air mata Mbok Mi mengangguk sepenuh hati.

Kalau Abi pulang, jagai seperti anak Mbok sendiri! Dan tolong berikan ini. Begitu kuakhiri pinta seraya mengangsurkan surat untuk Abi yang kutulis kata demi kata selama berminggu-minggu.

Silakan lanjut ke "Merindu Abimanyu (Bagian Akhir)"  

Depok, 5 September 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun