Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merindu Abimanyu (Bagian 1)

4 September 2020   12:57 Diperbarui: 5 September 2020   14:47 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum sempat kuperkenalkan pada Abimanyu, bapak sudah menyeretku ke dalam kamar. 'Tentukan satu dari dua pilihan yang sudah Bapak berikan!' Begitulah vonis yang terlontar penuh arogansi. Bahkan tak sedikit pun bapak berniat menilik perasaanku.

Sesaat aku tercenung. Lantas mulai kutimbang-timbang manakah lebih berat, cinta pada Abimanyu atau pada keluargaku. Tak banyak waktu untukku. Sebelum rembang petang memeluk bumi, keluarga besarku telah berkumpul di pendopo. Luar biasa!

Mereka pun hanya membutuhkan tak kurang dari setengah jam untuk mencapai kata sepakat. Tragisnya, tak satu pun anggota keluarga bersedia menerima Abimanyu. 

'Mana mungkin mengizinkan seseorang yang datang dari jalanan masuk dalam trah keluarga kita? Tanpa mengetahui asal-usulnya sama artinya kita hendak mencoreng nama baik para leluhur!' 

Maklumat sesepuh keluarga seakan tak terbantah. Semua yang hadir tunduk takzim. Menentang berarti menyusahkan diri serta membahayakan masa depan. 'Andai aku tidak senaif ini!' begitu pikirku kala itu. Jika sedari mula kusembunyikan saja asal-usul Abimanyu, mungkin akan berbeda kisahnya.

Entah kebodohan apa yang sudah kubuat. Sedikit pun tiada terbit was-was bila namaku lenyap dari silsilah keluarga. Kala itu, aku hanya ingin mempertahankan Abi. Bahkan tak terpikir bagaimana masa depanku kelak.

Rasa sayangku pada Abi tak bisa kusembunyikan apalagi kuingkari. Keinginan untuk menjadikannya sebagai bagian hidupku telah kupikirkan masak-masak. Keputusanku sudah bulat. Aku tidak memerlukan tambahan waktu sedetik pun untuk memastikannya.

Akhirnya, kuucapkan selamat tinggal kepada segenap roman ningrat yang mengulas senyum arogan di pendopo. Malam itu juga aku dan Abi berpamitan dan kembali ke ibukota.

Selanjutnya, terjadilah bukan seperti yang kuimpikan semenjak kecil. Pada usia kedua puluh empat, aku mengubur gelar keningratanku dan melepaskan seluruh keluargaku untuk seorang Abimanyu.

Bagaimanapun, hidupku terus berlanjut.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun