Alhasil, saat ini-untuk pesanan di bawah 200 porsi-MB Catering tidak perlu menyewa berbagai alat prasmanan seperti yang sebelumnya dilakukan.
Meskipun belum memiliki karyawan tetap, tetapi MB Catering juga memberdayakan rekan-rekannya. Tak jarang Wiwin mengajak beberapa tenaga lepas untuk membantu atau menggandeng rekan pelaku UMKM lain. Kapan? Ya, kalau pas banyak pesanan atau saat menerima orderan untuk acara prasmanan yang memerlukan cukup banyak personel.Â
Sejauh ini Wiwin merasa sangat bersyukur atas kemajuan usahanya. "Kalau dilihat dari investasi alat saja bisa dibilang usaha saya sudah lumayan berkembang ...," aku Wiwin bahagia.
Namun, itu semua tidak lantas membuatnya berpuas diri. Bahkan, Wiwin menjadikan "rasa iri" pada kompetitornya-pengusaha katering besar-sebagai dorongan positif untuk lebih maju.
Sejak mengawali usaha, Wiwin tak pernah bosan meningkatkan keterampilannya mengolah aneka menu. Ia memperdalam ilmunya dengan mengikuti berbagai kursus memasak. Wiwin juga mengikuti sejumlah pelatihan UMKM yang diadakan oleh Pemerintah Kota Depok.
Sejumlah sertifikat berguna sebagai jaminan produk kulinernya. Salah satu yang menurutnya paling berkesan adalah kursus yang diadakan oleh Hotel Bumi Wiyata, Depok.
Bukan itu saja. Keseriusan menekuni usaha kuliner juga ditunjukkan lewat upaya mengurus perizinan Produk Industri Rumah Tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan Kota Depok. MB Catering juga sudah mendapatkan Sertifikat Halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dengan demikian, para pembeli produk makanan kecil dan pelanggan kateringnya akan merasa yakin dan terjamin. Â Â
Kenapa Dinamai "Mama Bimbim"?
Sejarah merek MB Catering ternyata simpel sekaligus unik. Singkatan MB yang dipilih Wiwin merupakan kependekan dari "Mama Bimbim" yang menjadi julukannya sehari-hari. "Ya, ini memang katering mamanya Bimbim," jelasnya lugas.