Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Langkah Kecil Kita adalah Lompatan Besar untuk Negeri

19 Agustus 2020   15:29 Diperbarui: 19 Agustus 2020   16:02 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga hari ini pandemi Covid-19 belum juga berlalu. Satu per satu perayaan besar harus kita lewati dalam rong-rongan virustak kasat mata itu. Mulai dari beberapa perayaan keagamaan; perayaan kenaikan/kelulusan sekolah; juga pelantikan pejabat hingga Peringatan HUT ke-75 Kemerdekaan RI pada 17 Agustus yang lalu.

Tahun 2020 Tak Ada Tujuh Belasan

Tak ada lagi keseruan aneka perlombaan maupun keriaan karnaval yang setiap tahun selalu kita nantikan. Upacara Peringatan ke-75 Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya pun lantas terasa jauh lebih mengharukan.

Rasa syukur, bahagia, sedih, khawatir, dan segudang harapan menyatu dalam keharuan tersebut. Demikian halnya perasaan saya. Campur aduk. Nyaris tidak ada batas antara semangat yang berkobar oleh perayaan bersejarah ini dan kesesakan akibat keterpurukan ekonomi. Boleh jadi hal ini dirasakan juga oleh banyak anggota masyarakat lain.

Tahun 2020 ini tidak ada gelaran "pesta rakyat" tujuh belasan yang dapat membuat kita sejenak melupakan sederet masalah. Hampir enam bulan berlalu, tetapi pandemi Covid-19 belum juga reda bahkan menghadirkan krisis ekonomi bagi semua kalangan. Dagangan sepi pembeli; klien tak kunjung datang; proyek-proyek tertunda; kesulitan membayar karyawan; harus terpilih menjadi karyawan yang kena PHK; bahkan tabungan mulai menipis sementara semua tagihan tetap harus dibayar.

Percik Semangat dari Pidato Jokowi

Kita sepakat bahwa kesulitan yang diakibatkan pandemi ini bukan hanya masalah saya dan Anda. Bukan pula negara kita saja yang mengalaminya. Kemunduran dan krisis ekonomi adalah masalah global. Situasi dan kondisi tersebut diungkap oleh Presiden Jokowi dalam Pidato Kenegaraannya menjelang peringatan HUT ke-75 RI (jeo.kompas.com, 13/8). Jangankan negara miskin dan berkembang, bahkan negara-negara maju pun tak lepas dari krisis.

Bagian menarik lain dari pidato tersebut adalah presumsi tentang situasi ini. Mandeknya perekonomian negara ibarat komputer hang sehingga perlu dilakukan restart dan rebooting, dan semua negara berkesempatan untuk melakukan setting ulang pada semua sistemnya.

Terkait hal itu, Presiden menyerukan untuk menjadikan momentum musibah pandemi sebagai sebuah kebangkitan baru. "Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan oleh krisis. Jangan biarkan krisis membuahkan kemunduran. Justru momentum krisis ini harus kita bajak untuk melakukan lompatan kemajuan." Demikian secara detail disampaikan. Kita semua tentu sepakat bahwa sekarang ini adalah saat paling tepat untuk membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar, dan menjalankan strategi besar seperti seruan Presiden Jokowi. 

"Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan oleh krisis. Jangan biarkan krisis membuahkan kemunduran. Justru momentum krisis ini harus kita bajak untuk melakukan lompatan kemajuan."

Mulai dari Diri Sendiri

Ajakan Presiden Jokowi dalam pidato tersebut sangat menginspirasi dan menggugah semangat. Seperti tambahan suporter dalam perlombaan balap karung Tujuh Belasan. Sebagai warga negara yang mencintai tanah airnya, kita perlu merespons ajakan tersebut. Mulai dari diri kita sendiri! Namun, dalam konteks ini saya tak hendak membahas target besar pemerintah berskala nasional dan/atau internasional. Sebaliknya, saya mengajak untuk mengawalinya dengan langkah-langkah kecil berikut. 

Mengubah Pola Pikir dan Etos Kerja

Yuk, mulai dengan mengubah pola pikir dan etos kerja! Seperti diketahui etos/etika kerja sangat dipengaruhi oleh pola pikir yang terbentuk dari keyakinan dalam diri setiap individu. Bagaimanapun keyakinan dan pemikiran akan terefleksikan pada tindakan kita, termasuk etika dalam kerja.

Oleh karena itu, kita perlu melakukan refleksi demi mengevaluasi sejumlah pemikiran, tujuan utamanya untuk membuang jauh-jauh pola pikir yang keliru. Kita juga perlu memberikan asupan yang tepat agar memiliki pola pikir yang positif. Salah satunya menghindari bacaan, ceramah, nasihat, ataupun provokasi negatif dan/atau yang bersifat melemahkan.

Di samping itu kita perlu mempertahankan etos baik yang selama ini sudah kita miliki-suka bekerja keras, ulet, disiplin, rajin/tekun, dan sebagainya. Pemotongan gaji karena dampak pandemi jangan lantas membuat kita menjadi pegawai yang setengah-setengah dalam bekerja. Tetaplah rajin seraya bersyukur karena tidak sedikit karyawan yang terpaksa mengalami PHK.

Jangan karena penundaan kontrak kita sebagai pengusaha berlaku kurang ramah pada klien atau calon klien terkait. Tetaplah sopan dan menjaga tali silaturahmi. Menghentikan kontrak kerja sama sebagai dampak pandemi tentu keputusan yang tidak mudah bagi pihak mana pun.

Dalam skala yang lebih luas, kita pun perlu menjaga etos gotong royong atau kerja sama. Tak perlu berat hati mengulurkan pertolongan bagi rekan sekantor yang kesulitan dalam tugasnya. Dengan mitra usaha, kita pun bisa saling menolong. Contohnya mendukung usaha teman-teman di lingkungan pergaulan terdekat dengan membeli produk atau menggunakan jasanya; membantu menjadi reseller; atau setidaknya turut mempromosikannya. Pada saat lain ketika mendapat proyek besar, ringankan langkah untuk mengajak kerja sama rekanan yang sepi proyek.

Tentu teman-teman tidak asing dengan tagar #banggabuatanindonesia di media sosial. Tagar ini mulai marak sejak Presiden Jokowi meresmikan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia pada 14 Mei 2020. Selanjutnya tagar tersebut juga menjadi bagian dari logo HUT ke-75 Kemerdekaan RI. Dalam pidato kenegaraannya Jokowi juga mengingatkan bahwa kemajuan ekonomi membutuhkan semangat kebangsaan yang kuat. Kita harus bangga terhadap produk Indonesia. Kita harus membeli produk dalam negeri. Kemajuan Indonesia harus berakar kuat pada ideologi Pancasila dan budaya bangsa. 

"Kemajuan ekonomi membutuhkan semangat kebangsaan yang kuat. Kita harus bangga terhadap produk Indonesia. Kita harus membeli produk dalam negeri. Kemajuan Indonesia harus berakar kuat pada ideologi Pancasila dan budaya bangsa."

Mereformasi Cara Kerja 

Dalam pidatonya Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa reformasi fundamental perlu dilakukan terhadap cara kita bekerja. Reformasi cara kerja lama; cara kerja normal jadikan ekstra normal; cara-cara biasa jadikan luar biasa! Ajakan ini sangat relevan bila diterapkan pada diri kita, pribadi lepas pribadi. Faktanya, pandemi Covid-19 telah menjungkirbalikkan kenormalan dalam berbagai aspek kehidupan.

Kita perlu memahami diri sebelum mulai membuat langkah reformasi. Sebagai contoh, bila sebelumnya waktu kerja 8 jam per hari kita lewati dengan santai-toh gaji bulanan pasti turun-alangkah eloknya bila kita menjadi lebih produktif. Kalau biasanya tanpa promosi dagangan yang itu-itu saja sudah laris manis, mungkin saat ini harus mulai membuat inovasi produk dan gencar melakukan promosi.

Satu hal lagi yang tidak kalah adalah perlunya perhatian dan aksi kita terhadap perkembangan teknologi. Jika ingin terus "eksis" kita harus meninggalkan cara kerja yang konvensional. Mau tidak mau kita harus rela mengakrabi dan belajar menggunakan berbagai teknologi untuk menunjang pekerjaan dan/atau usaha kita.

Untuk generasi milenial bekerja dengan teknologi internet yang serba cepat mungkin suatu hal sepele. Namun, bagi mereka yang sudah beranjak "senior" tentunya menjadi sedikit rumit. Walaupun demikian, kita harus menjadi pribadi yang fleksibel dan suka beradaptasi dalam arti positif.

Jangan mudah menyerah untuk belajar mengakrabi teknologi. Jokowi pun sempat mengingatkan bahwa saat ini kesiapsiagaan dan kecepatan kita sedang diuji. Jadi, sekalipun kita bukan generasi milenial, jangan ragu untuk belajar dan mencoba berjualan/berbelanja secara daring; mengajar dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ); melakukan rapat, seminar, bahkan tender proyek lewat aplikasi Zoom, Google Meet, dll.; mencari klien dan mempromosikan usaha/jasa lewat media sosial; dan banyak lagi.  

Memanfaatkan Kesempatan   

Harus diakui bahwa di luar kengerian dan kesedihan mendalam yang selalu ditimbulkannya, pandemi Covid-19 juga mendatangkan banyak kesempatan. Tak heran bila Presiden Jokowi gencar mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan momentum ini.

Ya, belakangan ini tersedia banyak kesempatan belajar beragam ilmu dan keterampilan baru. Ada kesempatan merancang dan menjual produk-produk baru. Kesempatan beralih profesi atau mendapat proyek terbuka lebar karena munculnya berbagai jenis pekerjaan baru.

Oleh karena itu, dalam langkah-langkah kecilnya setiap indvidu juga perlu mencermati kemunculan berbagai kesempatan tersebut. Bila kita berhasil mengubah pola pikir, etika kerja, dan cara kerja maka kita pun tentu semakin pandai membaca dan memanfaatkan kesempatan yang hadir.

Berkontribusi bagi Kemanusiaan dan Kepentingan Bangsa  

Demikian pendapat saya mengenai langkah-langkah kecil yang dapat kita lakukan untuk membajak momentum krisis ini. Kita tidak perlu stres karena merasa tidak mampu melakukan "lompatan besar". Ketahuilah, dengan langkah-langkah kecil yang tepat dan konsisten pun kita sudah turut memberikan kontribusi untuk negeri tercinta agar dapat melakukan lompatan besar.

Marilah kita seia-sekata melangkah bersama dengan tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan kepentingan bangsa. Jangan lengah, tetap perhatikan dan ikuti segala protokol kesehatan demi keselamatan bersama. Semoga bila pandemi dan krisis ini berakhir, kita semua menjadi individu yang jauh lebih baik; bangsa dan negara kita pun mencapai kemajuan seperti harapan bersama. Dirgahayu Indonesia kita!

 

Depok, 19 Agustus 2020

Salam Merdeka, Dwi Klarasari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun