Rita dan Tari kembar identik. Wajah mereka sungguh serupa. Bagai pinang dibelah dua, kata peribahasa. Bukan sekadar mirip, dua sosok yang lahir dari satu sel telur ini pun sangat istimewa. Ibaratnya, bila salah seorang dicubit yang lain turut merasakan sakit.Â
Tampaknnya jiwa dan hati mereka menyatu. Mungkin karena sejak dalam rahim keduanya sudah selalu berbagi oksigen dari satu plasenta, juga berbagi kehangatan kasih lewat belaian yang sama. Sembilan bulan sepuluh hari berbagi kehidupan berimpit di ruang sempit tanpa cahaya.
Senantiasa berdua menjadikan mereka tumbuh lebih tangguh. Beruntung orang tua mereka tidak menuruti adat untuk memisahkan anak kembar. Percuma, konon jiwa mereka tak mungkin dipisahkan. Mereka bisa saling mencari, bahkan menembus rintangan untuk bersatu. Semesta pun seakan-akan turut berupaya mempertemukan.
Demikian halnya si kembar Rita dan Tari yang tidak terpisahkan. Walaupun demikian, di sekolah keduanya tetap harus dipisahkan. Boleh jadi supaya para guru tidak dibuat bingung, atau agar teman-temannya lebih elok dalam berkawan. Keduanya duduk di kelas sepuluh, tetapi di ruangan yang berbeda. Rita di kelas 10A, dan Tari di kelas 10B.
Sungguh Tuhan Mahakuasa. Walaupun fisik mereka nyaris tak ada perbedaan, minat dan bakat si kembar sama sekali berbeda. Rita dikenal sangat hebat dalam pelajaran Matematika, tetapi nyaris tak punya minat baca. Sebaliknya, Tari jago menghafal, tetapi sangat payah mencerna soal hitungan.
Suatu ketika ada dua jadwal ulangan di kelas 10, Matematika dan Sejarah. Si kembar sepakat hendak meraih nilai tinggi dari kedua mata pelajaran itu tanpa harus belajar keduanya.Â
Rita dan Tari seia-sekata memanfaatkan wajah identik yang sulit dibedakan. Mereka berencana saling bertukar tempat pada setiap jam ulangan. Keduanya yakin akan berhasil karena kebanyakan orang selalu keliru mengenali mereka. Â
Waktunya pun tiba. Hari ini Rita dan Tari sudah bertukar tempat sesuai jadwal ulangan. Rita duduk di bangku Tari di kelas 10B, siap mengerjakan soal-soal matematika. Sementara Tari duduk di kelas 10A siap menjawab ulangan Sejarah untuk Rita.
Namun, tanpa disangka-sangka guru Matematika dan guru Sejarah pun sudah sepakat bertukar jadwal. "Anak-anak, kami sepakat bertukar jam pelajaran untuk ulangan hari ini. Semoga cara ini dapat melatih kesiapsiagaan sekaligus meningkatkan kecerdasan kalian. Segera siapkan alat tulis!" Demikian seruan guru Matematika di kelas 10A dan guru Sejarah di kelas 10B.
Si kembar Rita dan Tari nyaris pingsan mendengarnya.
Depok, 30 Juli 2020 Â Â
Salam literasi, Dwi Klarasari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H