Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Beranikah Saya Menyukseskan Pelarangan Kantong Plastik?

25 Juli 2020   21:44 Diperbarui: 26 Juli 2020   10:08 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah plastik | Sumber foto: Ben_Kerckx -- pixabay.com

Alih-alih marah, sekalian saja saya berkampanye, 'Iyalah ibu-ibu sudah kebanyakan sampah plastik di bumi ini, kasihan anak cucu kita nanti!'

#3 Berani Dianggap Sok

Ketika menerapkan pengurangan sampah plastik dalam komunitas yang belum menyadari pentingnya tindakan tersebut, boleh jadi kita akan mendapat kecaman. Jangan heran kalau mendengar komentar seperti 'Ah, kamu sok cinta lingkungan deh!' atau 'Kamu tuh sok hebat!'  

Oleh karena itu, penting kita bekali diri dengan keberanian ke-3, yaitu 'berani dianggap sok'.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salah satu arti "sok" adalah berlagak (sok pamer, dan sebagainya). Ya, meskipun kita tidak bermaksud sok, tetapi untuk menyukseskan pengurangan sampah plastik sekali pakai beranilah untuk dianggap sok!

#4 Berani Menegur dan Siap "Dibenci"

Keberanian ke-4 ini memang lebih ekstrem karena sudah mulai keluar dari wilayah personal. Salah satu arti menegur menurut KBBI adalah mengkritik atau memberi nasihat. 

Seperti kita tahu, tidak setiap orang bersedia menerima teguran. Namun, karena "menegur" dalam konteks ini bersifat positif, jika dilakukan secara tepat tentu berbuah kebaikan. Jadi, beranilah melakukannya bila perlu.

Saya sendiri baru berani melakukannya di lingkungan keluarga, teman-teman dekat, dan komunitas yang sudah cukup akrab dan/atau memiliki kesepakatan terkait 'pengurangan sampah plastik'.

Sebagai contoh, dalam komunitas umat Katolik di mana saya tinggal, saya berani menegur umat lain yang tidak membawa botol minum saat hadir dalam perkumpulan-doa, rapat, dll. Kenapa berani? Karena jauh-jauh hari sebelumnya sudah ada kesepakatan untuk melakukannya. 

Oya, di wilayah Keuskupan Bogor disepakati untuk tidak lagi menyediakan minuman kemasan. Bukan hanya umat biasa, para pastor, dan dewan gereja pun harus membawa botol minum masing-masing.

Walaupun begitu, dalam menegur pun kita harus melakukannya dengan cara yang tidak menyinggung perasaan. Misalnya lewat candaan atau mengingatkan kesepakatan yang sudah pernah dibuat.  

Demikianlah empat keberanian yang harus kita miliki untuk menyukseskan pelarangan kantong plastik (dan bahan plastik sekali pakai lain) dalam kehidupan sehari-hari. Boleh jadi keberanian tersebut terkesan sepele, tetapi bagi sebagian orang terasa sangat berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun