Wajar bila muncul komentar-komentar tersebut. Kita semua menyadari bahwa keberanian perlu manifestasi. Seseorang baru disebut 'berani' atau dijuluki 'pemberani' jika sudah terbukti melakukan tindakan berani terkait suatu hal. Bukan sekadar niat atau rencana.
Namun keberanian yang saya maksud di sini bukan tindakan hebat yang menuai sorak dan tepuk tangan. Bukan pula perbuatan yang membuat khalayak terperangah sembari mengucap 'wow'. Sama sekali bukan! Sebaliknya, ini hanya beberapa keberanian simpel bahkan terkesan sepele. Â
Kita Perlu 4 Keberanian Ini
Minimal ada empat keberanian yang perlu dimiliki setiap individu untuk turut menyukseskan pelarangan kantong plastik (dan bahan plastik sekali pakai yang lain).
#1 Berani Repot
Ketika hendak pergi ke mana pun, selalu siapkan perlengkapan yang berpotensi menghindarkan kita membeli sesuatu yang dibungkus plastik sekali pakai. Misalnya, membawa bekal makan bila ke kantor/sekolah.Â
Bawalah botol minum isi ulang serta wadah dan alat makan yang dapat dicuci, seperti sendok, garpu, dan sumpit stainless. Jika perlu bawa wadah kosong dan sedotan stainless untuk membeli makanan-minuman di kantin/restoran.
Ke mana pun pergi bawalah selalu kantong belanja untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu berbelanja tanpa rencana. Terutama untuk para ibu yang sangat efisien waktu. Eloknya kantong belanja terbuat dari bahan ramah lingkungan dan/atau reusable. Bawalah lebih dari satu dengan beragam ukuran.
Kadang kala tanpa diduga kita membawa pulang sesuatu yang tidak direncanakan. Misalnya, setumpuk berkas/laporan yang perlu diselesaikan di rumah. Atau karena sedang beruntung mendapat hadiah atau oleh-oleh dari kolega.
Kerepotan tersebut akan berlanjut karena kita juga harus rajin mencuci botol minum, wadah dan alat makan, juga kantong belanja yang selesai digunakan. Jika seseorang tidak berani repot, tentu memilih minum dengan sedotan plastik sekali pakai daripada stainless yang kemudian harus dicuci. Â Â Â
#2 Berani "Malu"
Konsekuensi dari keberanian #1 adalah berani malu karena cenderung dipandang sebagai sosok yang aneh. Wani isin, dalam istilah orang Jawa. Bagaimana tidak malu bila di depan umum kita dipandang aneh seperti alien atau mendapat komentar miring.
Beranilah ikhlas menerima komentar, seperti 'Kamu tuh ke mana-mana bawa wadah dan alat makan! Please deh, jangan kayak orang susah!' atau 'Yaelah, irit amat sih, honor/gajimu gak cukup buat beli air mineral kemasan?'
Karena setiap kali belanja selalu bawa kantong/tas, saya pernah mendapat komentar demikian dari pemilik warung 'Wah, kamu tuh seharusnya sudah diangkat jadi duta lingkungan hidup'. Lalu disambut derai tawa para pembeli lain yang nadanya terdengar seperti ejekan.Â