Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Belajar dari Pemenang Cipta Jingle Museum Olahraga

23 Juli 2020   21:50 Diperbarui: 24 Juli 2020   20:18 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal Juli 2020 yang lalu Kementerian Olahraga RI mengumumkan sembilan nama pemenang Lomba Maskot, Logo, dan Jingle Museum Olahraga Tahun 2020. 

Salah satu yang sempat saya kepoin adalah pemenang kategori Lomba Jingle. Daftar pemenangnya dapat dilihat pada akun Instagram Museum Nasional Indonesia lewat tautan Pengumuman Lomba Jingle Museum Olahraga Nasional. 

Seperti apa sih jingle yang ditetapkan sebagai juara pertama? Yuk, simak video berikut!

Jingle Ayo ke Mora- Mora kependekan dari Museum Olahraga- menguarkan semangat sekaligus ekspresi kegembiraan. Liriknya pun inspiratif serta cukup persuasif mengajak masyarakat untuk mengenal sejarah olahraga Indonesia dengan berkunjung ke Museum Olahraga Nasional yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). 

Dalam jingle berdurasi sekitar 60 detik ini agaknya harapan Mora tersampaikan dengan baik. Tak heran bila para juri pun terpikat.

Yuk, berkenalan dengan sosok sang pencipta! Jingle Ayo ke Mora diciptakan oleh Yafet Arie Nugroho, seorang musisi sekaligus guru musik di sebuah sekolah internasional (SD s/d SMA) di Salatiga, Jawa Tengah. Berikut rangkuman obrolan singkat saya dengan sang juara lewat Whatsapp. 

Kenapa Harus Ikut Lomba?

Sebenarnya Yafet Arie Nugroho tidak terlalu yakin dapat memenangi lomba karena menurutnya karya peserta lain juga bagus. Ia terkejut sekaligus sangat senang mengetahui karyanya terpilih sebagai juara 1. Baginya kemenangan tersebut merupakan berkat di balik pandemi yang patut disyukuri. 

Sebenarnya ini bukan kemenangan pertamanya. Sejak 2010 sosok yang akrab disapa Petto ini sudah rajin mengikuti lomba cipta lagu dan/atau jingle. 

Beberapa prestasinya adalah: 1) Juara 2 Lomba Cipta Lagu Varash - Batch IV yang diadakan PT Varash Saddan Nusantara; 2) Finalis Lomba Suara Anak Indonesia Tingkat Nasional (2018); 3) Juara 1 Lomba Cipta Karya PAUD Tingkat Nasional (2016); 4) Juara 2 Lomba Cipta Mars dan Hymne Kerukunan Antarumat Beragama (2016); 5) Juara 3 Lomba Cipta Lagu "Save Our Litoral Life" Korps Marinir TNI AL (2015); dan sederet prestasi lain yang berhasil menjadi juara maupun cuma finalis. 

Apa sih yang dikejar dari lomba cipta lagu/jingle (selain hadiah yang lumayan besar)?

Menurut alumni Fakultas Seni Pertunjukan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) tahun 2010 ini, lomba menjadi jalan untuk tetap kreatif dan produktif. 

Berbagai lomba juga berpotensi menjadi ajang untuk melatih keterampilannya dalam bermusik serta mengaransemen dan/atau membuat lagu. 

Sumber foto Instagram @yafetarienugroho
Sumber foto Instagram @yafetarienugroho

Musisi yang mulai bermusik sejak SMP dan memainkan berbagai genre musik ini, tidak pernah asal-asalan bila mengikuti lomba. Menurutnya, hal terpenting dalam berlomba adalah memiliki standar tinggi dan memberikan karya terbaik. 

Kendati setiap mengikuti lomba selalu berdoa agar lagunya menjadi juara, tetapi ia tidak terlalu memikirkan kemenangan. Ia menerima setiap kemenangan sebagai rezeki dari Tuhan. 

Bagaimanapun tidak menutup kemungkinan sebuah karya berbuah manis di kemudian hari, seperti pengalamannya belum lama ini. Tiba-tiba ia dihubungi oleh Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi Pangan Indonesia) yang menyampaikan bahwa lagunya Gizi Seimbang hendak dirilis untuk dijadikan sarana sosialisasi gizi di seluruh Indonesia. 

Lagu yang diikutkan dalam Lomba Cipta Media Gizi Seimbang tahun 2015 tersebut sebenarnya hanya meraih posisi finalis. 

Begitulah, seperti halnya tulisan, setiap lagu pun memiliki "nasib" sendiri yang tak selalu dapat diprediksi bahkan oleh penciptanya. Petto tampak sangat antusias karena lagu tersebut bakal dibawakan oleh Ikke Nurjanah. Kebetulan penyanyi dangdut bersuara khas yang populer dengan lagu Terlena berperan sebagai Duta Gizi Seimbang 2020.  

Sementara kalau kalah dalam lomba pun Petto tetap merasa beruntung karena sudah mendapat kesempatan berkreasi. Terlebih lagi selama masa pandemi ini -jika di rumah hanya berdiam diri saja maka kreativitas akan mati karena tidak diasah. Bagi Petto, dari sebuah kekalahan kita bisa melakukan evaluasi serta banyak belajar- kenapa kok bisa kalah; seperti apa yang juara satu; dan sebagainya. 

Bagi Petto bermusik bukan sekadar renjana, tetapi sudah dipilihnya menjadi jalan hidup. 'Musik juga menjadi kendaraan saya untuk menghidupi keluarga', tuturnya. Menurutnya, ia adalah musisi yang menjadi guru. Selain mengajar musik di sekolah, ia pun memberi les musik privat.

Sebagai musisi ia sangat antusias bila berkesempatan manggung dalam berbagai acara. Sementara, membagikan ilmu bermusik---di sekolah atau dalam les privat---memberinya kebahagiaan tersendiri. Petto mengakui sangat menikmati profesi sebagai musisi maupun guru musik.

Konsekuensinya, terus-menerus mengasah keterampilan bermusik menjadi sebuah keharusan, dan seperti telah disinggung lomba adalah salah satu sarananya! Semakin banyak mengikuti lomba semakin banyak pula kita belajar, demikian prinsipnya.

Proses Kreatif Penciptaan Jingle

Boleh jadi di antara pembaca kompasiana ada juga yang tertarik untuk menjajal ikut lomba cipta lagu/jingle. Jika demikian, tidak perlu ragu untuk mencontoh proses kreatif penciptaan jingle, sebagaimana dituturkan sang juara berikut ini.   

Pertama, berusaha menemukan hook atau bagian yang paling mudah diingat pendengar dan gampang nempel di otak (ear catching). Hook biasanya ada pada chorus, yaitu bagian lagu yang memuat inti pesan/cerita dan merupakan misi dari sebuah lagu. 

Jadi, dari chorus-lah penciptaan jingle dimulai. Agar chorus menjadi spesial dan ear catching maka rhythm-nya dibuat simpel, jelas, gampang, dan banyak pengulangan (repetisi) nada maupun melodi. Karena jingle ini diperuntukkan bagi semua umur maka hook pun harus ear catching untuk anak-anak sampai orang dewasa. 

Kedua, menulis lirik dengan tepat serta memuat seluruh informasi yang harus disampaikan kepada pendengar (masyarakat). Untuk menulis lirik jingle Ayo ke Mora, Petto menelusuri unggahan Instagram museum yang berada di bawah Kemenpora ini. Dari sana ia mengetahui sejumlah target dan informasi yang hendak disampaikan Museum Olahraga kepada khalayak.

Sebisa mungkin lirik jingle memuat semua informasi tersebut. Walaupun begitu, lirik tetap dibuat sederhana serta mengandung rima---terutama pada bagian chorus---agar mudah dipahami dan ear catching. 

Dalam lagunya, Petto juga tak lupa memasukkan '#' tanda pagar (tagar) yang menjadi tren unggahan di Instagram @museum_olahraga_nasional. Misalnya, pada bagian coda dimasukkannya tagar #ayokemuseum; #ayoolahraga; #ayoberprestasi; dan #ayokemora.

Ketiga, membuat aransemen sesuai dengan tema lagu. Menurut Petto musik beritme tribal (tribal rhythm) yang menguarkan energi positif sangat cocok diterapkan pada jingle bertema olahraga. 

Dalam mengaransemen jingle Ayo ke Mora ia mengaku terinspirasi juga oleh salah satu lagu bergenre tradisional samba dalam film animasi 3D Rio (2011). Aransemen musik dilengkapinya juga dengan suara peluit, teriakan suporter, dll. untuk memberi kesan suasana kompetisi dalam stadion.

Hasil akhirnya, jingle-nya potensial untuk dinyanyikan secara beramai-ramai dari anak-anak hingga orang dewasa. Jingle tersebut juga memberikan semangat -untuk berolahraga; bertanding; dan berprestasi- dan menebarkan kegembiraan selayaknya setiap event olahraga. 

Keempat, melakukan rekaman dengan melibatkan sejumlah personil yang tepat. Untuk membawakan jingle-nya Petto mengajak rekannya Aldi Lasso (@aldi_lasso)---penyanyi yang juga dosen di UKSW. Sementara itu, suara latar diisi oleh sang istri, Hadasyah Lydia (@hadasyahlydia) dan putri kecilnya Joy Simfoni. Seluruh produksi musik dilakukan sendiri oleh Petto secara digital menggunakan virtual instrument dari laptop.  

Jangan Sampai Pandemi Hentikan Kreativitas

Seperti kita ketahui dampak pandemi menyerang siapa pun tanpa pandang bulu. Berbagai tatanan kehidupan menjadi tak menentu, termasuk perekonomian. 

Pada bulan-bulan pertama kedua, Petto sempat merasakan stres juga karena dengan tinggal di rumah saja sangat berdampak pada pemasukan. Sejumlah les privat terpaksa harus dihentikan.

Namun, kondisi demikian tidak lantas menghentikan kreativitasnya. Selain mengikuti berbagai lomba, ia pun sibuk membuat konten-konten kreatif untuk instagramnya @yafetarienugroho juga akun youtube-nya Yafet Nugroho. 

Misalnya, berkolaborasi secara virtual dengan rekan-rekan musisi untuk membuat lagu-lagu bertema pandemi covid-19. Pandemi tidak boleh menghambat apalagi sampai menghentikan kreativitas dalam bermusik. Bukan saja harus tetap kreatif, tetapi juga tetap optimis.   

Selama pandemi ini, di luar kewajiban sebagai guru -mengajar secara daring- Petto tidak pernah bosan "berburu" dan selanjutnya mengikuti berbagai lomba cipta lagu dan/atau jingle. 

Konon tak sedikit kementerian atau instansi pemerintah juga perusahaan yang mengadakan aneka lomba, termasuk cipta lagu. Jika tertarik, Petto menyarankan untuk rajin memperbarui informasi, antara lain lewat tagar #lombaciptalagu di media sosial Instagram.

Demikian obrolan singkat bersama sosok periang yang berencana mendirikan music production house untuk iklan, jingle, konten video, dll. serta bermimpi mendirikan sekolah musik dan studio musik. 

Kiranya banyak prestasinya merupakan salah satu bekal kesuksesan, dan semoga berbagai tips yang dibagikannya dapat menginspirasi banyak anak muda Indonesia.  

Depok, 21 Juli 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun