Konsekuensinya, terus-menerus mengasah keterampilan bermusik menjadi sebuah keharusan, dan seperti telah disinggung lomba adalah salah satu sarananya! Semakin banyak mengikuti lomba semakin banyak pula kita belajar, demikian prinsipnya.
Proses Kreatif Penciptaan Jingle
Boleh jadi di antara pembaca kompasiana ada juga yang tertarik untuk menjajal ikut lomba cipta lagu/jingle. Jika demikian, tidak perlu ragu untuk mencontoh proses kreatif penciptaan jingle, sebagaimana dituturkan sang juara berikut ini. Â Â
Pertama, berusaha menemukan hook atau bagian yang paling mudah diingat pendengar dan gampang nempel di otak (ear catching). Hook biasanya ada pada chorus, yaitu bagian lagu yang memuat inti pesan/cerita dan merupakan misi dari sebuah lagu.Â
Jadi, dari chorus-lah penciptaan jingle dimulai. Agar chorus menjadi spesial dan ear catching maka rhythm-nya dibuat simpel, jelas, gampang, dan banyak pengulangan (repetisi) nada maupun melodi. Karena jingle ini diperuntukkan bagi semua umur maka hook pun harus ear catching untuk anak-anak sampai orang dewasa.Â
Kedua, menulis lirik dengan tepat serta memuat seluruh informasi yang harus disampaikan kepada pendengar (masyarakat). Untuk menulis lirik jingle Ayo ke Mora, Petto menelusuri unggahan Instagram museum yang berada di bawah Kemenpora ini. Dari sana ia mengetahui sejumlah target dan informasi yang hendak disampaikan Museum Olahraga kepada khalayak.
Sebisa mungkin lirik jingle memuat semua informasi tersebut. Walaupun begitu, lirik tetap dibuat sederhana serta mengandung rima---terutama pada bagian chorus---agar mudah dipahami dan ear catching.Â
Dalam lagunya, Petto juga tak lupa memasukkan '#' tanda pagar (tagar) yang menjadi tren unggahan di Instagram @museum_olahraga_nasional. Misalnya, pada bagian coda dimasukkannya tagar #ayokemuseum; #ayoolahraga; #ayoberprestasi; dan #ayokemora.
Ketiga, membuat aransemen sesuai dengan tema lagu. Menurut Petto musik beritme tribal (tribal rhythm) yang menguarkan energi positif sangat cocok diterapkan pada jingle bertema olahraga.Â
Dalam mengaransemen jingle Ayo ke Mora ia mengaku terinspirasi juga oleh salah satu lagu bergenre tradisional samba dalam film animasi 3D Rio (2011). Aransemen musik dilengkapinya juga dengan suara peluit, teriakan suporter, dll. untuk memberi kesan suasana kompetisi dalam stadion.
Hasil akhirnya, jingle-nya potensial untuk dinyanyikan secara beramai-ramai dari anak-anak hingga orang dewasa. Jingle tersebut juga memberikan semangat -untuk berolahraga; bertanding; dan berprestasi- dan menebarkan kegembiraan selayaknya setiap event olahraga.Â
Keempat, melakukan rekaman dengan melibatkan sejumlah personil yang tepat. Untuk membawakan jingle-nya Petto mengajak rekannya Aldi Lasso (@aldi_lasso)---penyanyi yang juga dosen di UKSW. Sementara itu, suara latar diisi oleh sang istri, Hadasyah Lydia (@hadasyahlydia) dan putri kecilnya Joy Simfoni. Seluruh produksi musik dilakukan sendiri oleh Petto secara digital menggunakan virtual instrument dari laptop. Â