Kehilangan orang terdekat yang paling kita cintai tentu menjadi pukulan berat dan meninggalkan duka sangat mendalam, bahkan nyaris tak berkesudahan. Demikian halnya ketika saya kehilangan sosok ibu.
Saya sependapat bila ada yang mengatakan bahwa kesedihan dan kegalauan berpotensi melahirkan puisi. Walaupun tentu saja tidak selalu terjadi kepada setiap orang. Namun, pernyataan tersebut menjadi relevan pada diri saya karena kebetulan saya suka menulis, termasuk menulis puisi.
Entah sudah berapa puisi saya tulis untuk mengenang almarhumah ibu. Bukan hanya puisi malah, tetapi juga cerita pendek dan kisah-kisah kenangan yang menghadirkan sosok ibu dalam berbagai pengalaman hidup saya.Â
Beberapa yang saya bagikan lewat akun kompasiana, adalah Resep yang Kucuri dari Ibu; Puisi Merindu Ibu; Di Batas Waktu; Rujak Cingur dan Kenangan Akan Ibu; Terima Kasih Bu Tutik; Kasih Ibu kepada Beta; Ibu, Aku, dan Selimut. Â
Saya bahkan sempat terobsesi untuk membuat lagu tentang ibu.
Namun, keinginan tersebut memang terlalu berlebihan. Keterampilan saya bermusik boleh dibilang nol besar. Meskipun sempat belajar bermain pianika dan memegang seruling dalam grup marching band, itu hanyalah kenangan masa kecil. Berlatih gitar pun tak pernah sampai tamat. Â
Beruntung saya memiliki seorang adik sepupu jebolan jurusan musik Universitas Satya Wacana, Salatiga. Saya tahu adik saya, Yafet Arie Nugroho ini punya kelompok musik; kerap pula menciptakan lagu dan merekamnya; bahkan sempat memenangkan kompetisi mencipta lagu anak dan pembuatan jingle produk; dan sebagainya.
Suatu kali saya bertanya mungkinkah bila sebuah puisi digubah menjadi lagu.
Ketika Yafet mengatakan 'bisa', tanpa menunggu lama saya pun segera mendaulat dia untuk menggubah puisi saya tentang almarhumah ibu menjadi sebuah lagu. Lagu sederhana tentang kehangatan kasih ibu serta doa terindah bagi kedamaian jiwanya di surga.
Segera saya kirimkan puisi berjudul "Kupinta Surga Bagimu" yang saya tulis untuk mengenang ibu. Dengan sukarela sepupu yang ganteng serta baik budi itu merelakan waktunya untuk menggubahnya menjadi lagu. Kebetulan dia pun memiliki relasi sangat dekat dengan ibuku, yang tak lain adalah budhenya. Tak perlu waktu terlalu lama, Yafet mengirimkan lagu Kupinta Surga Bagimu; dia sendiri yang menyanyikan dengan iringan gitar. Yuk, simak lagunya lewat video berikut!
Sebelumya saya selalu memutar lagu Bunda milik Melly Goeslaw. Namun, sejak Yafet menggubah puisi tersebut, saya memiliki lagu lain yang lebih spesial untuk mengenang almarhum ibu. Meskipun belum direkam dengan sempurna, Kupinta Surga Bagimu selalu menjadi lagu pelipur saat saya jatuh galau dan merindukan sosok ibu. Kupinta Surga Bagimu juga menjadi lagu wajib yang saya putar untuk mengenang kepergian ibu sekaligus menjadi doa terindah baginya.
Seperti hari ini. Sebelas tahun yang lalu, tepat pada hari Minggu tanggal 5 Juli pukul tiga dini hari ibuku tercinta berpulang. Saya yakin dan percaya Tuhan Pengasih telah mengabulkan pintaku, jiwa ibunda telah damai di surga.
Depok, 5 Juli 2020 Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H