Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yesus Lahir di Kota Roti

14 Juni 2020   17:59 Diperbarui: 14 Juni 2020   19:00 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: commons.wikimedia.org

Pada hari Minggu, 14 Juni 2020, umat Katolik di seluruh dunia merayakan pesta perayaan Tubuh dan Darah Kristus. Dalam bahasa Latin perayaan yang telah dimulai sejak abad ke-13 di Belgia ini dikenal sebagai Corpus Christi.  Menurut Dogma Gereja Katolik, hari raya ini dimaksudkan untuk menghormati Yesus yang hadir dalam rupa Sakramen Mahakudus.

Umat Katolik mengimani bahwa Sakramen Mahakudus dalam rupa roti (hosti) yang diterima dalam perayaan ekaristi adalah benar-benar Yesus Kristus sendiri. Hal ini dapat ditelusuri dari Katekismus Gereja Katolik 1376 sebagai catatan hasil Konsili Trente yang menyimpulkan iman Katolik.

"Karena Kristus Penebus kita mengatakan bahwa apa yang Ia persembahkan dalam rupa roti adalah benar-benar tubuh-Nya, maka di dalam Gereja Allah selalu dipegang teguh keyakinan ini, dan konsili suci ini menjelaskannya kembali: oleh konsekrasi roti dan anggur terjadilah perubahan seluruh substansi roti ke dalam substansi tubuh Kristus, Tuhan kita, dan seluruh substansi anggur ke dalam substansi darah-Nya. Perubahan ini oleh Gereja Katolik dinamakan secara tepat dan dalam arti yang sesungguhnya perubahan hakiki [transsubstansiasi]" (Katekismus Gereja Katolik 1376)

Khotbah yang saya dengar hari ini sedikit mengajak umat untuk menelusuri sejarah kelahiran Bayi Yesus ribuan tahun lalu. Yesus Kristus yang dikenangkan dalam perayaan Ekaristi dan hadir dalam wujud roti (Komuni Suci) ternyata juga dilahirkan di "Kota Roti". Saya terkejut!

Sejujurnya, dengan pengetahuan iman yang terbatas-pikniknya juga kurang jauh-saya baru tahu bahwa kota suci Bethlehem, tempat kelahiran Yesus dikenal juga sebagai "Kota Roti". 

Sependek pengetahuan saya, orang tua Yesus yang berasal dari Nazareth kala itu-menjelang kelahiran Yesus-memang datang ke Bethlehem untuk mengikuti sensus. 

Hal ini terjadi karena Yusuf, ayah Yesus adalah keturunan Daud, raja ke-2 Israel, yang lahir di Bethlehem. Jadi, sejak keil saya lebih mengenal Bethlehem sebagai "Kota Daud".

Saya pun mendadak antusias untuk mengetahui lebih banyak tentang julukan "Kota Roti" untuk Bethlehem. Usai mengikuti perayaan misa daring hari ini, saya segera asyik berselancar di dunia maya. Inilah yang kemudian saya tahu setelah tanya sana-sini pada Simbah Google yang cerdas.

Kota kecil Bethlehem termasuk dalam wilayah Tepi Barat (wilayah tepi barat Sungai Yordan) yang berada di bawah Otoritas Nasional Palestina. Wilayah Tepi Barat sebagian besar dibatasi oleh Israel (di sisi barat, utara, dan selatan). 

Sementara di sisi timur berbatasan dengan Yordania. Meskipun belum pernah berkunjung, dari peta saya perkirakan letak kota Bethlehem tidak jauh dari Jerusalem yang berada di Israel.  

Menurut sejarah, kota ini telah ada sejak era Paleolitikum. Romawi menguasainya hingga datang serbuan Persia ke Palestina tahun 614. Setelah berkecamuk Perang Salib, tahun 1099 Tentara Salib pun mengambil alih kekuasaan atas kota kecil ini. 

Salahuddin Ayyubi atau Saladin seorang pejuang muslim Kurdi merebut kota ini pada 1187. Namun, melalui sebuah perjanjian, Saladin mengembalikan Bethlehem ke tangan Tentara Salib selama periode 1229-1244.

Beberapa penguasa lain yang tercatat pernah mengendalikan Bethlehem, adalah Kekaisaran Ottoman (1517-1831 dan 1841-akhir PD I) dan Mesir di bawah Muhammad Ali Pasha (1831-1841). 

Inggris pun pernah menguasai kota ini pada tahun 1928-1948; Yordania merebutnya setelah Perang Arab-Israel 1948 hingga 1967 sampai dikuasai Israel. Sejak 21 Desember 1995 oleh Perjanjian Oslo, kota kecil ini dikuasai penuh oleh Otoritas Palestina.

Kota Bethlehem sekitar 1894 (Sumber: id.wikipedia.org)
Kota Bethlehem sekitar 1894 (Sumber: id.wikipedia.org)
Dari sejarah dapat ditelusuri bagaimana Kota Suci ini jatuh bangun di bawah berbagai penguasa. Panjang kisahnya, dan perlu satu topik sendiri. Kembali lagi kepada julukan "Kota Roti" yang saya dengar dari khotbah pastor hari ini. Dari penelusuran berbagai ensiklopedi dan laman terkait ternyata hanya sedikit informasi yang dapat ditemukan terkait julukan itu .  

Konon sekitar abad ke-14 SM, daerah Bethlehem bernama Dewi Beit Lahmu. Dalam Kitab Ibrani kota ini disebut sebagai Beit Lehem. "Beit" dalam bahasa Ibrani berarti rumah atau rumah tangga; sedangkan "Lechem" berarti roti, manna atau makanan. 

Bethlehem dalam bahasa Ibrani dapat diartikan Rumah Roti. Dalam bahasa Arab "Bayt Lahm" berarti Rumah Daging. Ya, boleh jadi dari paduan kata "Rumah Roti" itulah muncul istilah "Kota Roti" karena Bethlehem adalah sebuah kota. Ah, tetapi saya kurang puas dengan analisis sendiri seperti ini.

Lalu secara kebetulan saya menemukan sebuah buku berjudul Growing Deep in the Christian Life: Essential Truths for Becoming Strong in the Faith, karya Charles R. Swindoll. Dalam bab The Lord Jesus Christ pada subtopik Mary's Little Lamb, Swindoll menyinggung istilah "Kota Roti" ini.

Dikatakannya bahwa peristiwa paling penting selama berabad-abad terjadi di sebuah teras tertutup yang dijadikan sebagai kandang di Betlehem, kota "roti" yang tidak penting. Dalam versi bahasa asli, Swindoll menyebut Bethlehem sebagai  "loaf-of-bread" city.

Meskipun belum puas mencari istilah "rumah roti" atau "kota roti", saya cukup senang dengan penelusuran hari ini. Setidaknya ada tambahan pengetahuan dan refleksi iman, betapa Tuhan rela merendahkan diri hadir ke dunia dalam wujud manusia, yaitu Yesus yang bahkan lahir di kota kecil dan dibaringkan dalam palungan di kandang hewan demi menebus dosa manusia.  

Mungkin ada di antara teman-teman yang tahu lebih banyak berkenan melengkapi penelusuran singkat ini. Selamat Hari Minggu. Deo Gratias! 

Depok, 14 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun