Tanpa terduga, hari ini saya menemukan sayur boros di tumpukan dagangan tukang sayur yang berjualan dekat rumah orang tua saya. Dengan sedikit "emosional", buru-buru kuborong sayuran unik tersebut sebelum keduluan ibu-ibu lain.
Aku bilang "emosional" karena aku membelinya hanya karena kangen "oblok-oblok boros" yang lebih dari satu dekade tak pernah lagi kunikmati.Â
Mungkin orang-orang di wilayah Jawa Tengah cukup mengenal sayur boros. Namun, berbeda halnya dengan orang-orang di daerah tempatku merantau (Medan, Jakarta/Bekasi, dan Depok).Â
Di kota-kota tersebut aku belum pernah menikmati "oblok-oblok boros". Ketika ku ceritakan dan sebut nama sayur boros saja, kebanyakan orang tampak heran lalu menggelengkan kepala. Mungkin, sebenarnya ada nama lain di setiap daerah tersebut yang belum kutahu; atau boleh jadi sayuran ini memang tidak populer.
Seperti Apa itu Sayur Boros?Â
Sayur boros adalah nama yang diberikan untuk daun temu kunci yang masih muda, masih kuncup atau menggulung (belum terbuka mewujud daun).
Temu kunci (Boesenbergia pandurata atau Boesenbergia rotunda) sendiri adalah salah satu tanaman rempah yang umbinya dapat dimanfaatkan sebagai bumbu dan obat herbal.
Sedikit berbeda dengan jenis temu lain, rimpang temu kunci yang berwarna kuning terang ini berbentuk bulat memanjang seperti akar dengan diameter sekitar 1/2 -1 cm. Dalam bahasa Inggris disebut fingerroot, mungkin karena sekilas bentuknya juga mirip jari.
Rimpang ini memiliki banyak manfaat dan cukup populer sebagai obat herbal. Temu kunci dapat mengatasi berbagai gangguan pencernaan, penyakit keputihan, melancarkan haid dan asi, obat batuk dan sakit gigi, dan banyak lagi.Â
Kembali ke topik sayur boros!
Entahlah, siapa yang pertama kali menamai daun temu kunci sebagai sayur boros, dan apa alasannya. Sejak kecil nama itulah yang kukenal dari ibuku, para tetanggaku, dan masyarakat di mana aku dibesarkan di kota Semarang.