Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Apakah Saya Seorang Xenoglosofilia?

27 Oktober 2018   13:17 Diperbarui: 27 Oktober 2018   15:21 1617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: https://id.kisspng.com

Tidak mudah memang, karena harus rajin membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Tesaurus atau menelusuri dari berbagai laman mengenai istilah-istilah yang sering kali masih terdengar aneh di telinga. 

Bagaimana menyiasati penulis yang lebih suka menggunakan istilah-istilah asing untuk kosakata yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia? Menjawab pertanyaan ini, Ivan Lanin menyarankan untuk mulai mengenalkan padanan bahasa Indonesia diikuti istilah asing yang ditulis dalam tanda kurung di belakang kata tersebut—penulisannya diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). 

Cukup banyak istilah asing yang telah memiliki padanan dalam bahasa Indonesia tetapi belum populer—bahkan terkadang masih menuai pro-kontra di masyarakat penutur maupun di antara para ahli. 

Setidaknya kita dapat mulai memopulerkan padanan yang telah diterima dan/atau dibakukan dalam KBBI. Contohnya, narablog (blogger); gawai (gadget); daring (online); surel (email); jaringan (network); secara harfiah (literally); dan sebagainya. Di kemudian hari, setelah orang semakin mengenal padanan Indonesianya perlahan-lahan istilah asing tersebut tidak perlu lagi ditulis.     

Dalam salah satu pesannya, Ivan Lanin menganjurkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam percakapan sehari-hari. Kita memang layak prihatin jika dalam satu kalimat yang kita ucapkan lebih banyak kosakata asing daripada kosakata bahasa Indonesia. 

Sepanjang acara diskusi saya seperti menangkap Ivan Lanin sebagai sosok yang terkesan tidak grusa-grusu dalam menyampaikan pernyataan. Dia berusaha meminimalkan penggunaan istilah asing dalam berbicara; dan berusaha mengenalkan padanan Indonesia untuk istilah asing.

Kepedulian Ivan Lanin patut diacungi jempol karena konon fenomena xenoglosofilia berpotensi mengancam perkembangan bahasa Indonesia, bahkan dapat pula menenggelamkannya. 

Bagaimanapun sebagai penutur asli bahasa Indonesia kita dituntut untuk lebih peduli dan mencintai bahasa sendiri. Salah satu cara untuk menumbuhkan rasa peduli dan cinta adalah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berbagai kesempatan.

Meskipun tidak mudah, mari kita coba sembari merayakan Bulan Bahasa dan Sastra! Salam literasi!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun