7. Koordinasi Tangerang – Jakarta Selatan, Aksi dipusatkan di daerah Ciputat di kampus IAIN Syarif Hidayattullah (sekarang UIN), dimana kampus-kampus didaerah sekitar Lebak Bulus seperti UMJ (Muhamadiyah), ATGI (Tekhnik Grafika), PTIA (Ilmu Alquran) dan lain-lain, ikut melakukan mobilisasi massa dan bergabung dengan mahasiswa didepan kampus IAIN. Aksi Mahasiswa yang didukung oleh rakyat sekitar didaerah Ciputat inipun mengalami bentrokan melawan aparat.
8. Bekasi, aksi gabungan dipusatkan di Kampus Unisma bekasi (data saya minim utk kota Bekasi dan Tangerang).
Menurut skenario dari aksi-aksi lokal (aksi-aksi gabungan di setiap kota) tersebut, rencananya kemudian akan didorong untuk menjadi aksi gabungan seluruh titik Kordinasi Mahasiswa di wilayah Jabotabek, untuk menuju satu titik bersama, yaitu pendudukan Gedung DPR/MPR RI di Jalan Gatot Subroto.Akan tetapi, peristiwa bentrokan di depan kampus Trisakti, dan kabar kematian beberapa Mahasiswa ini, memicu kemarahan hampir seluruh mahasiswa dan rakyat di Jabotabek, pada hari berikutnya.
Mahasiswa dan Rakyat yang begitu marah melihat berita-berita dimedia pada malam hari, kemudian pada pagi harinya kembali bergerak dari setiap titik-titik kampusnya masing-masing, setelah beberapa kali mengalami halangan-halangan dan bentrokan dimana-mana, hingga akhirnya berhasil melakukan pendudukan gedung DPR/MPR RI beberapa hari berikutnya. Di sisi lain, aparat keamanan yang sebelumnya begitu brutal dan agresif dalam menghalau setiap aksi-aksi, konvoi-konvoi dan reli- mahasiswa, kala itu relatif ‘agak’ defensif. Sehingga peristiwa pendudukan parlemen oleh gerakan Mahasiswa selama beberapa hari itu, kemudian menjadi tonggak sejarah jatuhnya Soeharto dari tampuk kekuasaan.
Penutup
Jenderal Soeharto hari ini memang sudah meninggal dunia. Akan tetapi seluruh warisan dan tatanan kekuasaanya masih hidup, tumbuh subur dan bisa kita lihat di mana-mana hari ini. Angkatan Muda Mei 1998, dengan gagah berani telah berhasil menumbangkan kekuasaan Soeharto secara fisik, mengusir perlahan-lahan militerisme ke barak, memberi ruang bagi kebebasan berorganisasi dan berekspresi bagi semua orang. Namun demikian, masih banyak lagi cita-cita gerakan Mei 1998 yang belum tercapai, utamannya dalam rangka cita-cita menuju tatanan kesejahteraan dan kemakmuran untuk rakyat banyak secara nyata.
Tugas sejarah Angkatan Muda berikutnyalah yang memiliki kewajiban untuk menuntaskan seluruh kekurangan-kekurangan, kelemahan-kelemahan dan tentunya, ke-alphaan dari generasi sebelumnya. Belajar dari kesalahan-kesalahan generasi sebelumya, memeriksa kekuatan dan kelemahan, membaca alur dan dinamika masyarakat Indonesia secara kritis, adalah salah satu jalan bagi kita semua untuk membangun tatanan Indonesia modern yang lebih baik di masa depan.***
Mrican, Jogjakarta, 15 Mei 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H