Mohon tunggu...
Lucas Dwi Hartanto
Lucas Dwi Hartanto Mohon Tunggu... wiraswasta -

Mahasisa Program Magister Sosiologi, Universitas Muhamadiyah malang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Narasi Pemberontakan Mahasiswa-Rakyat, Mei 1998 di Jakarta

26 Mei 2014   09:18 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:06 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sementara kalangan mahasiswa dari berbagai kampus yang memang sudah mulai mengonsolidasikan diri secara perlahan-lahan, melalui pembangunan Komite-komite aksi, aksi demonstrasi dan mimbar bebas di kampus-kampus juga mulai berlangsung dengan berbagaiasan macam isu utama, seperti “Turunkan Harga kebutuhan Pokok”, atau “Otonomi kampus dan kebebasan Akademik”.

Di kota Jakarta, saat menyadari perubahan-perubahan situasi ini, beberapa aktivis mahasiswa yang awalnya tak sampai puluhan itu mulai mengumpulkan kontak-kontak dan jaringan dari berbagai kampus yang mampu dijangkau secara intensif. Tentunya upaya ini dilakukan masih dalam suasana kerja-kerja semi terbuka (semi legal), untuk menghindari jangkauan Intelijen dan aparat militer pada waktu itu. Pertemuan pertama Gerakan Mahasiswa (yang nantinya akan menjadi Organisasi Perlawanan Mahasiswa terbesar di Jakarta, yaitu Forkot), dilangsungkan disebuah kost-kostan di bilangan Lenteng Agung (saya lupa tanggal dan bulannya). Pertemuan ini awalnya hanya dihadiri oleh delegasi 6 kampus, yakni dari IISIP, UID, Universitas Juanda (bogor), IPB, UI dan Trisakti. Pertemuan antar kampus ini kemudian dilanjutkan di kampus Trisakti dan delegasi-delegasi kampus yang datang mengirimkan delegasinya makin bertambah saat itu. Pertemuan selanjutnya dibuat berkeliling di kampus-kampus secara bergantian dan berpindah-pindah, dimana setiap pertemuan terjadi penambahan kampus-kampus baru, hingga forum menyetujui nama Forum antar berbagai Kampus ini adalah Forum Kota (Forkot).

Hampir semua kampus di Jakarta berhasil di jangkau oleh organisasi baru ini. Selain Forkot, saat itu juga terdapat organisasi mahasiswa yg relatif mapan, yang di sebut FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta). Para aktivis mahasiswa yang bekerja secara tertutup ini, kemudian juga tak luput untuk masuk ke dalam pertemuan-perteman FKSMJ untuk meradikalisir tuntutan Anti Orde Baru di kalangan pimpinan-pimpinan Senat Mahasiswa yang terlibat di sana, sehingga merekapun sepakat dengan tuntutan Anti Orde Baru, dan mau terlibat bergerak untuk bersama-sama turun ke jalan.

Rapat-rapat dan konsolidasi mahasiswa antar kampus yang terus bergulir dan berjalan ini, dibarengi dengan aksi-aksi mimbar-mimbar bebas yang diselenggarakan di berbagai kampus-kampus, serta aksi-aksi turun ke jalan oleh gabungan mahasiswa dan elemen rakyat dari berbagai Kampus di Jakarta, makin membuat atmosfir perlawanan kian memanas dan membesar. Produksi dan distribusi terbitan dan selebaran-selebaran dari dalam kampus-kampus ke massa rakyat, kegiatan orasi dan mimbar bebas yang mulai bergerak pindah ke depan jalan-jalan raya di sekitar kampus, dibarengi dengan tindakan represif dan pemukulan aparat dalam setiap aksi blokade jalan, semakin mematangkan situasi perlawanan dan sentimen anti rezim orba kala itu.

Pada bulan April – Mei 1998, pertemuan antar kampus-kampus di Jakarta yang berjalan secara rutin (mingguan) ini terus bergulir, melihat situasi di lapangan yang kian represif, pada akhirnya forum memutuskan untuk melakukan taktik aksi-aksi gabungan antar kampus di setiap teritorial kampus masing-masing di Jakarta dan wilayah Botabek. Seting aksi bersama dan gabungan antar kampus ini untuk menyatukan kekuatan sekaligus memberi tekanan terhadap aparat militer yang makin represif membubarkan setiap mimbar bebas dan aksi yang dilakukan dikampus-kampus. Secara umum rincian, strategi-taktik setingan aksi di 5 Kota di Jakarta, Bogor, tangerang dan Bekasi kala itu antara lain :

1. Koordinasi Jakarta Selatan. Aksi dimulai dari Jl. Margonda Raya depan Kampus Gunadarma, reli ke depan Kampus UI, kemudian reli menuju Lenteng Agung, didepan Kampus Pancasila, mobilisasi massa kampus APP dan ISTN kemudian bergabung. Dari sini kemudian reli di depan Kampus IISIP, kemudian reli bergerak lagi sampai didaerah Pasar Mingggu, dimana Kampus Unas dan STIE Jagakarsa ikut bergabung, kemudian dilanjutkan bergerak menuju ke patung Pancoran di Jl. Gatot Subroto. Pada realitasnya di lapangan aksi ini terus-menerus mengalami pukulan-pukulan keras, penembakan gas air mata, pentungan dan lain-lain, dari aparat militer di sepanjang perjalanannya. Terjadi bentrokan di Kampus UI dan Gunadarma, terjadi bentrokan keras di depan Kampus IISIP, juga bentrokan besar mahasiswa Unas di sekitar Pasar Minggu.

2. Koordinasi Jakarta Timur, dari berbagai Kampus seperti Universitas Borobudur dan Asyafi’iah di Kali malang, STIE Rawamangun, UID, IKIP (sekarang UNJ), Univ Jayabaya dan lain-lain, bergerak menuju perempatan UKI Cawang sebagai titik kumpulnya, untuk kemudian bergabung dengan kampus UKI. Pada realitas di lapangan, dalam koordinasi Jakarta Timur-pun bentrokan antara Mahasiswa vs Tentara terjadi mulai dari Rawamangun, Kali Malang, dikolong jembatan JL. Tol Bypas (Jl. Wiyoto Wiyono), hingga bentrokan mahasiswa yang dibantu rakyat dengan aparat militer didaerah perempatan Uki Cawang.

3. Koordinasi Jakarta Utara, dimotori oleh kampus-kampus seperti Untag, Univ Swadarma dan lain-lainl, yang aksinya dipusatkan di Untag.

4. Koordinasi Jakarta Pusat, titik aksi dipusatkan di Salemba, depan Kampus UI Fakultas Kedokteran. Berbagai kampus-kampus di Jakarta Pusat seperti YAI, UKI, ABA/ABI, STTJ, STF dan lain-lain, melakukan aksi Relly dari kampusnya masing-masing menuju ke titik kumpul perempatan Salemba, bentrokan di Jantung kota Jakarta, yaitu diperempatan Salemba, Jakarta Pusat, antara Mahasiswa dan Rakyat VS Tentara tak terhindarkan berlangsung cukup keras.

5. Koordinasi Jakarta Barat, semua kampus-kampus di Jakarta Barat, seperti Universitas Krisna Dwipayana, Trisakti, Atmajaya, Univ. Indonesia Esa Unggul dan lain-lainl, berkumpul atau terpusat aksinya di Perempatan Grogol, depan kampus Trisakti. Aksi di depan Kampus Trisakti di bawah Koordinasi Jakarta Barat, juga terjadi bentrokan keras dimana aparat keamanan dengan brutal melakukan penembakan dengan peluru tajam, hingga meninggalnya 4 orang Mahasiswa Trisakti. Aksi dalam koordinasi Jakarta Barat inilah yang kemudian dikenal oleh Publik sebagai ‘Tragedi Trisakti Berdarah’ pada tanggal 12 Mei 1998, yang diperingati setiap tahunnya.

6. Koordinasi Bogor, dipusatkan di depan kampus Universitas Juanda, berbagai kampus yang ada di Bogor saat itu seperti IPB, Tri Darma, Univ. Pakuan dan lain-lain, bersama sopir-sopir angkutan kota (angkot) jalur Bogor-Puncak melakukan aksi bersama, sekaligus pemogokan angkot. Aksi cukup besar ini disikapi aparat sangat represif, dibubarkan dan dilakukan pengejaran hingga ke kost-kost mahasiswa. Kapolres Bogor yang menderita penyakit jantung saat itu meninggal ditempat karena terkena serangan Jantung di lapangan. Aksi ini terjadi satu hari sebelum peristiwa Trisakti, tepatnya pada tanggal 11 Mei 1998. Ada dugaan aksi represif aparat kemanan di depan kampus Trisakti yang terjadi secara brutal dengan menembaki mahasiswa Trisakti dengan peluru tajam, salah satunya juga karena dipicu oleh peristiwa pertempuran jalanan di Bogor ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun