Mohon tunggu...
Dwi Prastyanto
Dwi Prastyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Diponegoro

Saya seorang Mahasiswa Ilmu Pemerintahan yang memiliki ketertarikan terhadap isu politik dan pengembangan ilmu sosial

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Golput: Bentuk Protes atau Tanda Ketidakpedulian?

7 Desember 2023   19:17 Diperbarui: 8 Desember 2023   17:50 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Golput merupakan sebuah fenomena dalam pemilu dimana partisipan yang memiliki hak untuk memilih tidak digunakan atau enggan memberikan suaranya dalam pemilihan baik legislatif maupun eksekutif. Istilah Golput sendiri muncul pada tahun 1971, pada waktu itu gerakan protes pada penyelenggaraan pemilu tahun 1971. Dalam artiannya sendiri golput mengalami pergeseran makna, pada awalnya dimaksudkan sebagai kegiatan protes dan orang-orang yang memilih Golput tetap datang ke bilik suara untuk mencoblos diarea luar gambar calon yang berwarna putih, sehingga menyebabkan suara dianggap tidak sah atau invalid vote. Tidak seperti sekarang, Golput diartikan sebagai pasif dalam pemilu 

Apakah golput dilarang??

Sebelum masuk lebih jauh, apakah memilih untuk golput sendiri dilarang. Pada pasal 28 UUD NRI th 1945 berbunyi "Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat." Dan jika ditelaah lebih jauh menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum golput sendiri diperbolehkan,karena dalam Undang-Undang tidak adanya pidana bagi seseorang untuk tidak memilih akan tetapi apabila adanya seseorang untuk mengajak atau menyuarakan untuk Golput maka dapat di tindak pidana. Namun walau memilih untuk golput sendiri tidak dilarang, apakah hal tersebut lantas menjadikan kita memilih untuk golput??

Kondisi partisipasi masyarakat sekarang

Angka partisipasi selalu mengalami penurunan setiap adanya pemilu, namun dalam era orde baru memiliki angka golput yang relatif rendah karena pengalaman pemilu pada era ini merupakan pengalaman mobilisasi, bukan partisipasi (Perludem, 2015). Menurut data yang dihimpun Tirto.id, setelah reformasi jumlah angka partisipasi pemilu mengalami penurunan sedangkan angka golputnya cenderung naik di setiap pemilihan.

Kenapa hal tersebut selalu terjadi?

Mengapa hal tersebut selalu mengalami kenaikan di setiap tahun pemilu, sebenarnya banyak faktor yang mengakibatkan hal tersebut terjadi. Namun terdapat dua hal mendasar bagi seseorang untuk menggunakan hak pilihnya. Dua faktor tersebut adalah kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah (sistem politik) (Surbakti Ramlan,1992). Memilih untuk golput sendiri menjadi hal yang lumrah dewasa ini, yang pertama terkait kesadaran politik. Dimana politik menjadi hal yang cukup tabu di masyarakat bahkan menilai politik hanya berurusan dengan pemilu saja. Sehingga menimbulkan sikap apatis terhadap berlangsungnya perpolitikan negara yang berimbas dengan tingginya angka golput di setiap tahun pemilu. Ditambah hal ini diperparah dengan rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Fenomena pendukung penyebab tingginya golput

Tingginya golput juga didasari oleh berbagai fenomena politik yang terjadi. Seperti masyarakat yang sudah muak terhadap janji-janji para calon yang selalu diingkari ketika sudah menjabat. Menghilangnya wajah calon ketika sudah terpilih membuat masyarakat merasa mereka hanya dijadikan sapi perah dalam proses pemilu. Ditambah lagi berbagai kasus kecurangan - kecurangan dalam proses pemilu.  

Minimnya partisipasi publik dalam kegiatan pemilu tentunya harus menjadi fokus nasional, karena ketika masyarakat sudah abai terhadap apa yang terjadi pada negaranya tentu hal tersebut di masa depan bisa saja menjadi bom waktu ketika tongkat kepemimpinan diwariskan terhadap generasi yang abai terhadap kondisi negara.

Apa yang harus dilakukan??

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun