Mohon tunggu...
Dwi Indah Fatmawati
Dwi Indah Fatmawati Mohon Tunggu... Guru - just me

Just an ordinary human

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Perbedaan Awal Ramadhan, Sikapi dengan Biasa Saja!

2 April 2022   05:18 Diperbarui: 2 April 2022   05:26 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun ini terjadi lagi perbedaan penentuan awal Ramafhan 1433 Hijriyah. Pemerintah telah mengumumkan bahwa awal Ramadhan jatuh pada hari Minggu tanggal 3 April tahun 2022, sedangkan salah satu Organisasi Kemasyarakatan besar, yakni Muhammadiyah telah mengumumkan jauh-jauh hari bahwa awal Ramadhan akan jatuh pada hari Sabtu tanggal 2 April 2022.

Muhammadiyah dengan metode hisab atau perhitungan astronomi, dan pemerintah yang menggunakan metode rukyat, melihat hilal atau posisi bulan secara langsung. Tidak ada yang salah dengan kedua metode ini, karena sama-sama mempunyai dalil yang kuat. Lantas siapa yang harus kita ikuti ?

Mengenai keputusan siapa yang akan kita ikuti, sebagai warga negara yang baik tentu saya akan menganjurkan untuk mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, berpuasa Ramadhan mulai hari Minggu. Namun jika diantara pembaca ada yang ingin mengikuti penetapan Ramadhan oleh Muhammadiyah ya silakan saja. Tidak perlu ribut atau merasa paling benar.

Mau puasa mulai hari Sabtu atau puasa hari Minggu sah-sah saja, yang tidak dibenarkan adalah mengaku sebagai umat Islam tapi tidak menjalankan puasa Ramadhan. Jika ada yang semalam sudah tarawih kemudian paginya belum berpuasa karena mengikuti anjuran pemerintah juga tidak apa-apa. Mungkin sewaktu melaksanakan tarawih kemarin belum tau dan tidak sabar menunggu keputusan pemerintah. Mari kita belajar menyikapi perbedaan dengan biasa saja, tidak perlu ngoyo, ngotot, apalagi sampai menimbulkan keributan dan perang saraf.

Bukankah Ramadhan adalah bulan yang mulia, maka mari tidak mengotorinya dengan merasa paling benar, paling hebat dan paling Islami. Bulan Ramadhan dengan kewajibannya melaksanakan puasa Ramadhan harus menjadi bulan pelatihan, bulan perenungan, dan bulan yang bisa menjadikan manusia baru yang memperoleh kemenangan dalam Idul Fitri nanti.

Tidak hanya menang karena telah lengkap berpuasa selama 30 hari, namun lebih kepada menang melawan hawa nafsu kita. Menjadi pribadi yang lebih sabar, tidak grusa-grusu, dan memandang permasalahan hidup dengan perspektif yang berbeda. Latihan pengendalian diri yang kita laksanakan selama Ramadhan seharusnya dapat membuat hidup lebih bermakna dengan lebih memikirkan kepentingan surgawi daripada hasrat duniawi. 

Jika saja, kita dapat meraih kemenangan yang hakiki dari puasa Ramadhan, permasalahan sosial di sekitar kita akan dapat mereda. Tidak akan mudah bertengkar dengan tetangga ataupun orang lain yang ada di dekat kita.  Rasa Simpati dan empati dari pelaksanaan zakat fitrah juga akan dapat membantu kaum fakir dan miskin yang banyak berada di sekitar kita. Serta berbagai masalah sosial lain yang banyak terjadi dalam masyarakat.

Awal Ramadhan yang berbeda, hampir dipastikan akhirnya juga mungkin akan berbeda. Hari Raya Idul Fitri akan berbeda, tapi mari kita jadikan perbedaan itu sesuatu yang indah. Jangan menanggapinya terlalu berlebihan. Mari saling menghormati perbedaan yang ada agar hidup juga lebih damai dan indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun