Mohon tunggu...
Dwi Kurniati
Dwi Kurniati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berakhlak, Berilmu, Berprestasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penanaman Kembali Budaya Unggah-ungguh Basa Jawa dalam Rangka Mempertahankan Kebhinekaan

20 Juni 2021   22:54 Diperbarui: 20 Juni 2021   23:36 1548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Suku Jawa merupakan suku terbesar yang tersebar diberbagai walayah di Indonesia. Hal ini menyebabkan suku Jawa memiliki pengaruh yang besar dalam berbagai bidang. Budaya dan tradisi jawa mempunyai corak yang sangat unik dan kental akan nilai-nilai kehidupan. 

Dalam kehidupannya, masyarakat Jawa cenderung mengedepankan etika yang memegang teguh prinsip-prinsip Jawa, seperti : saiyeg saeka praya, patembayan, pasrah, nerimo ing pandum, ajinining diri gumantung ing lati  dan masih banyak lagi. Prinsip-prinsip ini menekankan bahwa orang Jawa harus memiliki sikap yang selalu berbuat baik,  rendah hati, menghormati, dan rela berkorban.

Salah satu unsur yang paling diperhatikan dalam etika jawa yaitu dalam hal kebahasaan atau biasa disebut unggah-ungguh basa. Dengan adanya unggah-ungguh basa ini membuktikan bahwa suku Jawa sangat mengedepankan baiknya tata bicaranya.  

Bahasa digunakan sebagai wahana pembentuk budi pekerti dan sopan santun karena kaya dan lengkap akan perbendaharaan kata sebagai bahasa yang meliputi fungsi, aturan, tingkatan bahasa, etika, dan nilai budaya yang tinggi disertai fungsinya. 

Dalam bahasa Jawa terdapat beberapa tingkatan bahasa diantaranya yaitu bahasa Jawa krama inggil, krana madya, ngoko alus, dan ngoko lugu. 

Dalam penggunaan tingkatan penggunaan bahasa sendiri, unggah-ungguh basa Jawa juga melihat dari siapa yang diajak berbicara, semakin tingi dan tua seseorang maka semakin tinggi tingkatan yang dipakai sebagai tanda bahwa yang mengajak berbicara menghormati orang tersebut.

Dalam unggah-ungguh basa jawa sendiri memiliki nilai-nilai Pendidikan karakter seperti:

Toleransi: Unggah-ungguh basa Jawa mengajarkan untuk menghargai segala perbedaan sikap yang sesuai dengan lawan bicaranya, sehingga penutur dapat belajar menghargai bahasa Jawa beserta tingkatan kehormatannya.

Disiplin: Unggah-ungguh basa Jawa mengajarkan kedisiplinan pada penuturnya dalam menegakkan dan mematuhi tata tertib dan aturan, hal ini dapat dilihat dari bagaimana cara penutur untuk tetap menggunakan tingkatan bagasa yang sesuai dengan posisi dan kedudukan lawan bicaranya yang berubah-ubah.

Cinta Tanah Air: Karakter cinta tanah air ini muncul saat penutur menghargau keberagaman bahasa dan budata bangsa Indonesia. Pembiasaan unggah-ungguh basa Jawa merupakan salah satu cara untuk mengubah pola pikir, sikap dan perbuatan penutur untuk mencintai satu dari ribuan bahasa di tanah air.

Komunikatif dan bersahabat: Pembiasaan penggunaan unggah-ungguh basa Jawa mengajarkan cara berbicara yang sopan dan halus, sehingga penutur akan terbiasa untuk menghormati lawan bicara dan mengontrol emosi secara perlahan. Orang yang terbiasa memakai krama inggil saat marah tidak akan terlihat kasar jika dibandingkan dengan penutur basa ngoko lugu. Hal ini akan mendorong terciptanya lingkungan yang mudah bergaul dan tanpa perkelahian.

Demokratis: Dengan aturan penggunaan tingkatan bahasa yang ketat, penutur akan terbiasa menyadari hak dan kewajibannya dalam berbicara karena unggah-ungguh basa Jawa sangat menekankan mengenai sikap menghormati lawan bicaranya.

Cinta Damai: Sopan santun dalam penggunaan unggah-ungguh basa Jawa tidak bisa diragukan lagi, karena kesopansantunan dalam berbahasa ini akan menciptakan suasana yang damai dan penuh kasih saying.

Namun sangat disayang kondisi dimana walaupun dengan banyaknya nilai yang terkandung dalam unggah-ungguh basa Jawa tidak serta merta menjadikan suku Jawa saat ini terbiasa untuk memakainya. Bahkan banyak diantara anak-anak Jawa yang sudah meninggalkan penggunaan unggah-ungguh basa Jawa. 

Hal ini dapat terjadi karena berbagai hal mulai kerena orang tua yang tidak membiasakannya sejak dini, sampai dengan lingkungan yang tidak menggunakan unggah-ungguh basa Jawa yang benar dalam pergaulan sehari-hari. Tentunya peran berbagai pihak sangat diperlukan dalam penanaman kembali pengguanaan unggah-ungguh basa Jawa ini, sehingga akan menciptakan generasi yang lebih berkarakter dan mempertahankan kebhinekaan bagi bangsa Indonesia sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun