Nabi Sulaiman a.s. mengetahui kedatangan Ratu Saba' setelah mendengar kabar dari burung Hudhud. Nabi Sulaiman a.s ingin memberikan kejutan kepada Sang Ratu dengan menunjukkan tanda-tanda kekuasaan dan mukjizat yang mempesona, serta menunjukkan bahwa ia adalah seorang Nabi yang selalu dinaungi pertolongan Allah.
Baca juga: Kisah Ratu saba' #1
Nabi Sulaiman a.s. segera mengumpulkan para penasehat kerajaan dan menyampaikan rencananya. Meskipun Nabi Sulaiman a.s. seorang Nabi dan raja yang kuat, tetapi ia memiliki majelis permusyawaratan yang terdiri dari golongan jin dan manusia. Mereka semua ikut membantu dalam segala urusan hukum dan memberi nasehat kebaikan.
Nabi Sulaiman a.s. berkata, "Hai para pembesar kaum, siapakah diantara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasana Ratu saba' kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri."
Nabi Sulaiman a.s. mengetahui bahwa Ratu Saba' memiliki singgasana yang besar, dari kabar yang disampaikan Hudhud. Tentunya sebelum Ratu Saba' keluar dari istana, ia telah menempatkan beberapa penjaga yang kuat untuk memperketat penjagaan istana. Oleh karena itu, Nabi Sulaiman menginginkan singgasana tersebut berada di istananya sebelum Ratu Saba' dan rombongannya datang.
Tawaran pertama datang dari Ifrit. Ifrit dari golongan jin yang cerdik berkata, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya."
Ifrid menawarkan bahwa ia bisa mendatangkan singgasana Ratu Saba' dalam beberapa saat, sebelum Nabi Sulaiman a.s. berdiri dari tempatnya.
Sementara itu, ada tawaran kedua yang diajukan oleh salah seorang yang duduk dalam pertemuan tersebut. Tawaran kali ini bahkan lebih dahsyat lagi. "Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, 'Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip'."
Tawaran ini sangat mengagumkan, karena ia bisa menghadirkan singgasana Ratu Saba' hanya dalam beberapa detik. Seolah-olah ia mengatakan pada Nabi Sulaiman, "Tetapkanlah pandanganmu dan lihatlah pada sesuatu yang jauh, maka singgasana itu akan berada di hadapanmu sebelum kamu mengedipkan mata."
Tidak ada tawaran yang lebih cepat dan lebih baik dari tawaran ini, oleh karena itu Nabi Sulaiman a.s. menerimanya. Dalam beberapa detik saja singgasana Ratu Saba' telah berada di hadapan Nabi Sulaiman a.s.
Tatkala Nabi Sulaiman melihat dengan mata kepala sendiri singgasana Ratu Saba' berdiri kokoh di hadapannya maka dia berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau aku mengingkari (akan nikmat-Nya)."
"Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya di bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri."
Peristiwa besar dan tak terduga ini sungguh menyentuh hati Nabi Sulaiman a.s. Ia merasa bahwa kenikmatan ini merupakan cobaan yang besar. Ia membutuhkan pertolongan Allah agar memberinya kekuatan untuk mengenali kenikmatan ini serta mengenali betapa agungnya Dzat pemberi kenikmatan. Dan Allah tidak membutuhkan rasa syukur dari makhluknya.
Kenikmatan ini tidak membuat Nabi Sulaiman a.s tergoda dan tidak menjadikannya orang yang sombong dan sewenang-wenang, bahkan membuat semakin bertambah rasa syukurnya kepada Allah.
Rombongan Ratu saba' semakin dekat tiba ke kerajaan Nabi Sulaiman a.s. Nabi Sulaiman ingin menguji kecerdasan dan respon Ratu Saba' tatkala tiba-tiba mendapatkan kejutan yang besar dari Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman a.s. segera mempersiapkan dua bentuk ujian untuk Ratu Saba'.
Ujian pertama dengan memodifikasi singgasana Ratu Saba' yang saat itu telah berada di kerajaan Nabi Sulaiman a.s.
Nabi Sulaiman a.s. meminta para pembantunya untuk mengubah singasana Ratu Saba' sebagaimana seseorang yang mengubah dirinya agar tidak dikenali oleh orang lain. Perubahan singasana dilakukan dengan beberapa modifikasi bentuk dan merubah warna singgasana tanpa mengganti pernak-pernik perhiasan.
Sampailah Ratu Saba' dan rombongan di Baitul Maqdis dimana kerajaan Nabi Sulaiman a.s. berada. "Dan Ketika Ratu Saba' datang, ditanyakanlah kepadanya, "Serupa inikah singgasanamu?"
Ratu Saba' sangat terkejut melihat singgasananya ada di kerajaan Nabi Sulaiman a.s. Ia berfirasat kalau itu memang benar singasananya meskipun sebagian penampilannya telah berubah. Ia berpikir siapakah yang telah mendatangkannya dari negeri Yaman? Bagaimana cara memindahkannya? Dan apa yang telah dilakukan penjaganya?
Hal ini menjadi sebuah ujian yang sulit bagi Ratu Saba'. Nabi Sulaiman a.s. telah berhasil mengujinya. Lalu apa jawaban Ratu Saba' atas pertanyaan itu?
Dia menjawab, "Seolah-olah singgasana ini adalah singgasanaku."
Ibnu Katsir mengatakan, "Ini merupakan jawaban yang cerdas dan bermartabat yang menunjukkan bahwa Ratu Saba' adalah seorang Ratu yang cerdas dan memiliki prinsip yang kuat.
Ia tidak menyatakan bahwa itu singgasananya karena jauhnya jarak tempuh untuk memindahkannya. Ia juga tidak menjawab, "Tidak, tidak seperti singgasanaku," ketika melihat sedikit perubahan pada singgasana itu. Namun ia menjawab "Seolah-olah inilah singgasanaku," yang berarti mirip dan menyerupai."
Ujian kedua dari Nabi Sulaiman a.s. adalah ujian memasuki istana.
Setelah ujian pertama dilalui oleh Ratu saba', Nabi Sulaiman a.s. mendapati bahwa yang dihadapannya adalah seorang wanita bijaksana dan cerdas. Kemudian Nabi Sulaiman a.s. memberikan ujian yang kedua.
Pengaruh kejutan pertama yang di alami Ratu saba' belum hilang. Kini ia sudah harus menghadapi ujian yang kedua yang lebih sulit dari ujian pertama yaitu  memasuki istana Nabi Sulaiman a.s.
Sesampainya Ratu Saba' di pintu istana, ia melihat sebuah pemandangan yang memukau. Ia merasa tidak sedang berada di istana pada umumnya, namun berada di depan istana dari kaca.
"Maka tatkala ia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Sulaiman berkata, "Sesungguhnya itu adalah istana licin terbuat dari kaca."
Ratu Saba' terkejut ketika berada di depan istana dari kristal dan kaca yang mengkilap, lantainya berada di atas air seolah-olah ia berada di laut yang dalam dengan ombaknya yang berdesir.
Tatkala Ratu Saba' diminta untuk memasuki istana, dan melihat pemandangan tersebut, ia mengira akan tercebur ke dalam air, oleh karena itu ia menyingsingkan pakaiannya sehingga tersingkap kedua betisnya.
Melihat pemandangan di dalam istana yang demikian memukau, seketika itu keraguan yang ada pada diri Ratu Saba' menjadi runtuh dan hatinya dipenuhi dengan keimanan dan ketundukan. Kemudian ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zhalim terhadap diriku."
Ia mengakui dan membuang jauh dosa-dosanya serta merasakan penyesalan karena selama ini terjerumus dalam kekafiran. Kemudia ia berkata, "Dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam."
Ibnu Katsir mengatakan bahwa, "Tujuan Nabi Sulaiman membuat istananya yang tinggi dari kaca adalah supaya ia bisa memperlihatkan keagungan kekuasaannya kepada Ratu Saba'. Ketika Ratu Saba' mengetahui apa yang diberikan Allah kepada Nabi Sulaiman, maka ia segera tunduk kepada perintah Allah serta mengakui bahwa Sulaiman adalah benar-benar seorang Nabi.
Apa yang terjadi terhadap Ratu Saba' setelah keislamannya. Apakah ia dinikahi oleh Nabi Sulaiman? Ataukah ia menikah dengan orang lain? Apakah ia memutuskan tinggal di negeri Nabi Sulaiman atau kembali ke Yaman? Semua itu tidak dijelaskan dalam Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad saw.
Semoga kita bisa memetik pelajaran dari kisah Ratu Saba' ini.
Bahan bacaan:
Humam Hasan Yusuf Shalom. 2006. Sulaiman 'Alaihissalam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H