Redaksi ini merupakan perumpamaan yang menunjukkan besarnya kerajaannya, kekayaannya, dan faktor-faktor yang menunjang kemajuan peradaban, kekuatan, dan kenyamanan yang terpenuhi.
Setelah Hudhud menyelesaikan laporannya mengenai kondisi Sang Ratu, maka pembicaraannya dialihkan pada agama kaum tersebut dan ibadah mereka, "Aku (burung Hudhud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah."
Pernyataan Hudhud mengenai agama kaum Saba' ini memperlihatkan kecerdasannya. Hudhud memperhatikan agama yang benar dan tidak menyukai agama yang batil. Karena itulah Hudhud sangat marah karena mereka menyembah matahari. Ia pun mengomentari kaum Saba' dan berkata,
"Dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk, mereka (juga) tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan yang kamu nyatakan. Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai 'Arsy yang agung."Â
Dalam penjelasan Hudhud mengenai singgasana Allah terkandung sindiran bahwa kebesaran kerajaan Ratu Saba' dan keagungan singgasananya tidak layak menjadikan mereka berpaling dari menyembah Allah, karena Allahlah penguasa yang paling agung.
Akhirnya, dengan alasan itu, Hudhud mampu meyakinkan Nabi Sulaiman a.s. dan selamat dari hukuman disiksa atau disembelih, serta dikemudian hari menjadi utusan Nabi Sulaiman a.s dalam misi dakwahnya kepada Ratu Saba'.
Dr. Abdullah Yusuf Al-Hasan berkata, "Dalam kisah Hudhud ini terlihat optimisme yang luar biasa, bagaimana Hudhud mempunyai inisiatif sendiri sebelum mendapat perintah, dan mendapatkan informasi yang penting bagi Nabi Sulaiman a.s. hingga menyebabkan masuknya sebuah bangsa ke dalam Islam secara keseluruhan."
Kisah ini mengandung sebuah pelajaran berharga bagi juru dakwah tentang sebuah optimisme, bagaimana berupaya mendapatkan berbagai kemaslahatan, dan mencari kebaikan.
Semoga bermanfaat
Bahan bacaan:
Humam hasan Yusuf Shalom. 2006. Sulaiman 'Alaihissalam. Jakarta: Al-Kautsar.